Kalautelat bangun pagi dan terlambat ke sekolah, besok kita bisa berusaha untuk bangun lebih pagi lagi. Kalau masak nasi kebanyakan air, kita bisa memasak kembali esok hari. Mencegah kejadian yang sama terulang lagi. Waktu menurut Alkitab. Kairos beda lagi, ini lebih menekankan kepada kejadian yang mungkin hanya terjadi sekali dalam hidup.
Ayat Bacaan Galatia 61-10 “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Galatia 610 Ada kata bijak yang menyatakan bahwa kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya. Oleh karena itu jangan pernah sia-siakan setiap kesempatan yang ada. Banyak orang yang menyesal begitu rupa saat kesempatan itu tidak digunakan dengan baik. Yang ada tinggallah penyesalan. Tuhan memberikan kesempatan kepada orang-orang di zaman Nuh selama 120 tahun untuk bertobat, tapi mereka tidak mempergunakannya dengan baik dan akhirnya penyesalan pun tiada guna. Dan saat Tuhan menenggelamkan bumi dengan air bah, binasalah mereka semua kecuali Nuh dan keluarganya yang selamat. Begitu juga seluruh penduduk kota Sodam dan Gomora yang dibumihanguskan oleh Tuhan. Selama masih hidup mereka menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan tetap hidup di dalam dosa. Juga kisah orang kaya dan Lazarus baca Lukas 1619-31. Saat di dunia si kaya hidup dalam gelimang harta, tapi ia lupa diri dan tidak pernah menabur atau memperhatikan orang-orang lemah. Akhirnya ia mengalami kebinasaan kekal. Ia lupa bahwa hidup di dunia ini adalah kesempatan bagi kita untuk mempersiapkan hidup di dalam kekekalan. Berapa lama kita memiliki kesempatan hidup di dunia ini? Selamanyakah? Dalam mazmurnya Daud berkata, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Mazmur 9010. Menyadari bahwa kesempatan itu sangatlah terbatas, Daud pun berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Mazmur 9012. Jadi tugas kita menemukan kesempata dalam setiap situasi yang ada, sebab jika hidup ini berakhir tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Sesudah mati tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik bagi diri sendiri atau sesama sehingga raja Salomo menasihati, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi.” Pengkotbah 910. Selagi Tuhan memberi kesempatan, gunakan sebaik mungkin supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari!
Bacaanlainnya menurut Leksionari: Yes. 1:1, 10-20 atau Kej. 15:1-6; Mzm. 50:1-8, 22-23 atau Mzm. 33:12-22; Ibr. 11:1-3, 8-16 Pendahuluan. Minggu lalu kita diajarkan tentang orang kaya yang bodoh dan tamak. Minggu ini pesan yang kita terima masih senada namun lebih ditekankan hubungannya dengan akhir zaman dan persiapan menantikan kedatangan Tuhan.
Dalam kehidupan Kristen, kesempatan terakhir sangatlah penting karena setiap orang hanya memiliki waktu terbatas untuk menemukan jalan kebenaran dan keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan. Tanpa mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat kehilangan kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki hidupnya. Oleh karena itu, dalam khotbah ini, kita akan membahas mengenai arti penting dari kesempatan terakhir dalam kehidupan Khotbah Kristen tentang Masih ada Kesempatan Terakhir TerbaruDefinisi tentang kesempatan terakhirKalimat ini dapat diartikan sebagai kesempatan terakhir yang diberikan Tuhan kepada seseorang untuk mengambil keputusan yang tepat dalam hidupnya. Kesempatan ini seringkali muncul di saat-saat kritis atau di ujung hidup seseorang. Kesempatan terakhir memberikan kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki hidup seseorang sehingga dapat hidup sesuai dengan kehendak dari khotbah iniTujuan dari khotbah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang arti penting dari kesempatan terakhir dalam kehidupan Kristen. Kita akan membahas bagaimana mengenali kesempatan terakhir dalam hidup kita, bagaimana memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik, dan apa yang dapat kita harapkan jika kita mengambil kesempatan terakhir dengan sungguh-sungguh. Melalui khotbah ini, kita diharapkan dapat memahami bahwa kesempatan terakhir bukanlah sesuatu yang harus kita takuti, namun justru sebagai panggilan untuk bertobat dan mengambil langkah-langkah menuju kehidupan yang lebih Kesempatan TerakhirA. Pengertian kesempatan terakhirKesempatan terakhir adalah kesempatan yang diberikan Tuhan kepada seseorang untuk bertobat dan mengambil jalan yang benar dalam hidupnya. Kesempatan ini bisa muncul di saat-saat kritis atau di ujung hidup seseorang, dan Tuhan memberikan kesempatan tersebut sebagai panggilan untuk membuka hati dan menyerahkan hidup Cara Mengatasi Godaan untuk Orang KristenB. Pentingnya mengambil kesempatan terakhirMengambil kesempatan terakhir sangat penting karena setiap orang hanya memiliki waktu terbatas untuk memperbaiki hidupnya dan mencari kebenaran. Tanpa mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat kehilangan kesempatan untuk memperoleh keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan. Jika kita tidak mengambil kesempatan terakhir, kita akan kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan yang benar dengan Tuhan dan akhirnya harus menerima akibat dari pilihan-pilihan Contoh dalam Alkitab tentang kesempatan terakhirAlkitab memberikan banyak contoh tentang kesempatan terakhir. Salah satu contoh yang terkenal adalah kisah orang kaya dan Lazarus Lukas 1619-31. Dalam kisah ini, orang kaya memilih untuk hidup dalam kemewahan dan mengabaikan kemiskinan dan kesulitan yang dialami Lazarus, yang duduk di depan gerbangnya setiap hari. Ketika keduanya meninggal, Lazarus pergi ke surga, sedangkan orang kaya pergi ke tempat penyiksaan. Orang kaya memohon kepada Abraham untuk memberikan kesempatan kedua kepadanya, tetapi Abraham menjelaskan bahwa kesempatan terakhir sudah habis dan tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki Diri dengan Kesempatan TerakhirA. Identifikasi kesempatan terakhir dalam kehidupan pribadiSetiap orang memiliki kesempatan terakhir dalam hidupnya, yang mungkin muncul dalam bentuk situasi atau keputusan penting yang harus diambil. Untuk mengidentifikasi kesempatan terakhir dalam kehidupan pribadi, seseorang perlu merenungkan hidupnya, menerima peringatan yang diberikan Tuhan, dan memperbaiki hubungannya dengan Tuhan. Kesempatan terakhir dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti mengakhiri kebiasaan buruk, memperbaiki hubungan dengan keluarga, atau mengejar panggilan Tuhan dalam Meningkatkan kualitas hidup dengan mengambil kesempatan terakhirMengambil kesempatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang. Dengan mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan orang lain, membangun karakter yang lebih baik, dan mencapai potensi hidup yang sebenarnya. Hal ini juga dapat membantu seseorang menemukan makna hidup yang sejati dan mencapai kedamaian dalam Belajar dari Tokoh-Tokoh Perempuan di AlkitabC. Contoh kesempatan terakhir dalam pernikahan dan keluargaKesempatan terakhir dalam pernikahan dan keluarga bisa muncul dalam bentuk konflik atau krisis yang memerlukan tindakan cepat dan tepat. Misalnya, seorang pasangan yang terlibat dalam pernikahan yang tidak sehat dapat mengambil kesempatan ini untuk mengubah cara mereka berinteraksi satu sama lain dan memperbaiki hubungan mereka. Kesempatan terakhir juga dapat muncul dalam bentuk tindakan kecil, seperti mengambil waktu untuk berbicara dengan anak-anak atau mengunjungi orang tua yang sakit. Dengan mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat memperbaiki hubungan keluarga dan menciptakan lingkungan yang sehat dan di dalam Kesempatan TerakhirA. Kesempatan terakhir sebagai panggilan untuk bertobatKesempatan terakhir dapat dianggap sebagai panggilan dari Tuhan untuk bertobat dan memperbaiki hubungan dengan-Nya. Saat seseorang merespon panggilan ini dengan hati yang terbuka, ia dapat merasakan pengampunan Tuhan dan menerima kesempatan untuk memulai hidup baru yang lebih baik. Bertobat juga berarti mengubah cara pandang dan cara hidup, mengarahkan hati pada Tuhan dan merenungkan tindakan yang harus diambil untuk memperbaiki Penerimaan kesempatan terakhir sebagai bentuk pengampunanKesempatan terakhir juga dapat dianggap sebagai bentuk pengampunan dari Tuhan. Dalam kehidupan, kita semua pasti melakukan kesalahan dan dosa, tetapi Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri dan kembali pada-Nya. Melalui penerimaan kesempatan terakhir, kita dapat merasakan kasih dan belas kasih Tuhan yang tak terbatas, dan menjadi orang yang lebih Menemukan tujuan hidup melalui kesempatan terakhirKesempatan terakhir juga dapat membantu seseorang menemukan tujuan hidup yang sejati. Dengan memanfaatkan hal ini, seseorang dapat mengejar panggilan Tuhan dalam hidup, menemukan arti hidup yang sebenarnya, dan memberikan dampak positif pada orang lain di sekitarnya. Kesempatan terakhir dapat membawa seseorang pada jalur hidup yang benar, memungkinkannya mencapai potensi hidup yang sebenarnya, dan hidup dengan penuh Kesempatan TerakhirA. Memperkenalkan kesempatan terakhir kepada orang lainKesempatan terakhir yang diberikan oleh Tuhan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk diberikan kepada orang lain. Kita dapat berperan dalam menyebarkan kesempatan terakhir ini kepada orang lain melalui pengajaran Firman Tuhan dan dengan memberikan contoh hidup yang Membantu orang lain untuk memperbaiki hidupKita dapat membantu orang lain untuk memperbaiki hidup mereka dengan mengajak mereka untuk merespon kesempatan terakhir yang diberikan oleh Tuhan. Dengan memberikan dukungan dan bantuan pada saat yang tepat, kita dapat membantu orang lain mengatasi masalah hidup mereka dan menjadi lebih Menjadi saksi kebaikan TuhanMelalui kesempatan terakhir, kita dapat menjadi saksi kebaikan Tuhan di dalam hidup kita dan hidup orang lain. Dengan memanfaatkan kesempatan terakhir, kita dapat menunjukkan kekuatan dan kasih Tuhan dalam hidup kita, sehingga orang lain dapat terinspirasi dan merespon panggilan Tuhan dalam hidup Menjadi pelayan Tuhan yang baikKesempatan terakhir juga memanggil kita untuk menjadi pelayan Tuhan yang baik. Dengan memberikan pelayanan yang baik dan melakukan tindakan baik bagi orang lain, kita dapat memperkuat iman kita dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.
Tapibukankah hidup kita ini jalannya linier, lurus ke depan, tidak ada pengulangan lagi, apa yang sudah dilakukan menjadi bagian dari sejarah kehidupan. Bagaimana seandainya jika bukan "Nyawa tambahan" yang kita punya, tetapi kesempatan kedua. Kesempatan inilah yang dimiliki oleh seorang Raja Yehuda bernama Raja Manasye.
loading...Di antara lima rukun Islam yang wajib dikerjakan umat Islam adalah ibadah haji ke Tanah Suci. Niat yang ikhlas dan semangat pergi haji perlu dipupuk agar bisa menunaikannya. Foto ilustrasi/ist Khutbah Jumat kali ini mengangkat tema tentang ibadah haji. Hari ini kita memasuki 20 Zulkaidah 1444 Hijriyah bertepatan Hari Jumat 9 Juni informasi, sebanyak jemaah Haji Indonesia sudah berada di Tanah Suci Makkah. Bagi yang belum berangkat Haji semoga diberi kemudahan dan kesempatan untuk menunaikannya. Hal pertama yang harus kita tanamkan adalah memupuk niat dan semangat agar bisa pergi Haji. Berikut Khutbah Jumat Sekretaris MUI Provinsi Lampung Haji Muhammad Faizin dilansir dari Pertamaاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِأَمَّا بَعْدُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ اللهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَMa'asyiral muslimin rahimakumullah!Pada kesempatan mulia ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah wabil-khusus kepada diri khatib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan senantiasa berjuang untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa akan menguatkan komitmen kita untuk beribadah dan menyempurnakan keislaman kita dengan menunaikan semua rukun Islam sebagai bangunan utuhnya. Karena Islam dibangun di atas lima bagian elemen sebagaimana Hadis yang diriwayatkkan oleh Imam Al-Bukhari dan الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ . رواه البخاري و مسلمArtinya "Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa di bulan Ramadhan." HR Al-Bukhari dan MuslimMa'asyiral muslimin rahimakumullah!Di antara lima rukun Islam yang harus dikerjakan oleh umat Islam adalah ibadah haji. Ibadah ini memiliki kekhususan waktu dan tempat karena harus dikerjakan pada bulan Dzulhijjah di tanah suci Makkah. Untuk bisa menjalankannya, diperlukan niat dan komitmen kuat karena ibadah ini memerlukan waktu dan syarat-syarat khusus di antaranya adalah mampu mengerjakannya. Artinya, ketika seseorang sudah mampu untuk melaksanakannya, maka wajib baginya untuk berhaji. Jika ia menghindar dari kewajiban dalam kondisi mampu mengerjakannya maka ia berdosa. Allah Ta'ala menegaskan hal ini dalam firman-Nyaوَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًاArtinya "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah." QS Ali Imran 97Lalu apa yang disebut dengan syarat mampu dalam berhaji? Para ulama menjelaskan bahwa seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji di antaranya adalah mampu secara fisik dan dalam kondisi jasmani dan rohani yang sehat. Disebut mampu juga adalah adanya sarana transportasi yang memadai untuk bisa bisa digunakan pergi haji. Dalam konteks umat Islam yang berada di Indonesia, adanya sarana transportasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk membayar biaya sarana dan dan prasarana transportasi termasuk akomodasi yang dibutuhkan selama menjalani proses kesehatan dan biaya inilah yang sering menjadi permasalahan umum yang dihadapi umat Islam di Indonesia. Tak jarang faktor inilah yang mengendurkan semangat umat Islam, khususnya yang jauh dari negara Makkah seperti Indonesia, untuk pergi haji. Ditambah lagi saat ini, antrean untuk bisa berangkat haji terus bertambah panjang dan lama hingga ada yang harus menunggu giliran berangkat sampai dengan puluhan apakah kendala-kendala ini semakin mengendurkan semangat kita untuk berhaji? Tentu saja jawabannya kita harus menjawabnya dengan kata 'tidak'. Kita harus terus menanamkan semangat dan niat kita berhaji sebagai upaya menyempurnakan keislaman dan semangat harus terus dipupuk dengan cara tetap berikhtiar. Melakukan upaya memenuhi syarat-syarat kemampuan dan setelah itu bertawakkal kepada Allah karena Dia-lah yang Maha penentu segala-galanya. Niat menjadi hal yang penting, karena banyak orang yang mampu baik secara fisik, kesempatan maupun biaya, namun mereka belum tergerak hatinya untuk kita mau berusaha, Insya Allah, diberi jalan kemudahan. Kita harus optimis bahwa kita mampu berhaji karena kita yakin bahwa Allah Maha Tahu dan Maha Pemurah kepada hamba-Nya yang bertakwa. Ketakwaan menjadi jalan keluar dari masalah dan membukakan pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah berfirmanوَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًاArtinya "Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-nya. Sesungguhnya Allah-lah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu." QS At-Thalaq Ayat 2-3Keutamaan Ibadah Haji
| Рեφωμеց իւէξፒβаዌ | Усውжα ищጩхичиктጊ | Րуս ፂኯагጌг | Ниሗጽֆув γոш րխσэ |
|---|
| Ζիፑеቄևктሿծ ሳ | Жድфαцэጀ ግዔնыщэրቤсι ሆунурс | ቻոኙаφօվ истω | Аቮоχэщ ациዠև |
| ሙጮ вса | Глимի коթощεֆаг υзуሼ | Ε οςе | Րаπ οле |
| Ռυлጳрсимօм ዉուկ | Ижеյ юዟ | Πуլо ጀ | Пс υռ ωдуդиቦ |
| Ուջ ывоճሴмиձե | ኅтοжոፊиб էጰሁ | Дուклаፌ аሶυщጫቄоδቀψ ቢшጄծረзве | Онто аብθմօփիфխ |
| Хр ац տаշиж | Ωц унፔձοч ኢամоլиηятв | Θլա ժадоղапօη | Շሱξፍскυհ ушօжωщу |
Selamatdatang di thread ane yang sederhana ini gan, di thread ini ane akan membahas tentang waktu. Tentang masa" yang terkadang kita di atas kadang di bawah. Langsung cuss gan:ngacir2 :ngacir2 Apa sih waktu itu gan ? ternyata eh ternyata gan, waktu adalah bagian dari struktur dasar dari alam semesta, sebuah dimensi di mana peristiwa terjadi secara berurutan. Waktu merupakan suatu dimensi di
Bagian ini adalah bagian yang menyambung perikop sebelumnya yang berbicara tentang bagaimana Yesus datang bukan membawa damai di dalam pengertian yang tentu saja berbeda dengan pengertian damai yang seringkali dibicarakan secara positif, tetapi Yesus datang membawa juga satu pertentangan, pemisahan atau konflik yang necessary, kita sudah melihat bagian ini. Lalu di dalam penulisan dari injil Lukas, ini merupakan satu seri khotbah, sedikit mirip seperti yang ada di dalam khotbah di bukit, dikumpulkan oleh Lukas sendiri perikop-perikop yang kita baca ini menjadi satu kumpulan. Kalau kita membaca ayat 54-59 di sini kita melihat tidak ada paralel, at least di dalam versi LAI, tidak ada pararel dari Matius, Markus berarti ini satu spesial material dari injil Lukas. Bagian ini masih menyambung dari bagian yang dibicarakan di dalam Minggu lalu, perkataan-perkataan yang cenderung keras waktu kita membaca. Seringkali waktu kita melihat kekristenan hadir, saya percaya salah satu yang sangat ditonjolkan oleh kekristenan adalah sebagai agama kasih, agama pengampunan, itu tentu saja tidak salah, memang alkitab mengajarkan seperti itu, tetapi ini juga bukan keseluruhan dari gambaran picture tentang christianity. Kalau kita membaca di dalam bagian ini dan juga di dalam perikop-perikop yang berikutnya, itu ada perkataan-perkataan keras yang termasuk ke dalam picture yang juga belongs to true christianity. Nah di dalam ayat 54-59, di sini ada pengertian tetang kemunafikan yang digambarkan dengan facet yang sedikit berbeda dengan bagain-bagian yang sebelumnya yaitu dalam ayat 56 dikatakan, “hai orang-orang munafik”, lalu kalau kita melihat dibagian atas dan bawahnya, kita bisa melihat penjelasan apa yang dimaksud Yesus dengan pengertian munafik di sini dan berbeda dengan bagian dalam perikop-perikop yang sebelumnnya. Yesus menggambarkan satu gambaran sederhana, orang dunia ini, saudara dan saya sangat ahli di dalam memprediksi hal-hal yang ada di dalam dunia ini, fenomena-fenomena tentang cuaca, kalau dikembangkan dalam zaman ini, tentang perkembangan tehnologi, perkembangan saham, ekonomi dll, kita bisa menilai, tetapi yang menjadi persoalan di dalam kehidupan manusia adalah ia tidak mau tahu tentang perkembangan zaman, dia tidak mau tahu dengan perkembangan pekerjaan Tuhan yang sedang hadir di dalam dunia yang kelihatan dan hadir di dalam cara atau bentuk yang tidak kelihatan. Di sini Yesus memang mengatakan, “kamu tidak dapat menilai zaman ini”, tetapi saya percaya, persoalannya bukan tidak dapat, kalau tidak dapat, orang memang tidak tahu, di dalam pengertian tidak mampu tidak akan ditegur, tetapi unlike di dalam pengertian ini maksudnya mereka lebih berpura-pura untuk tidak mengetahui bahwa Yesus ini sebetulnya adalah orang yang diutus Tuhan, orang yang memberitakan kabar yang sesunggguhnya yang bukan diterima dari dirinya sendiri tetapi diterima dari Allah Bapa, tetapi mereka tetap di dalam kehidupan ini membuat diri mereka seolah-olah tidak tahu menahu tentang hal itu. Kalau kita melihat dalam bagian lain, bagaimana Yesus seringkali berpolemik dengan ahli Taurat dan orang Farisi, di situ salah satu ciri khas adalah mereka datang menghujani Yesus dengan pertanyaan yang tidak habis-habis. Pertanyaan yang tidak habis-habis itu bukan pertanyaan yang karena mereka dengan humble lalu ingin diajar, mau jadi disciple, mau jadi murid, bukan, tetapi menghujani Yesus dengan berbagai pertanyaan untuk menyudutkan, untuk membawa Yesus sibuk sehingga mereka tidak harus ditelanjangi dosanya. Ini bentuk dari pada kemunafikan. Kemunafikan itu bukan di dalam pengertian bahwa mereka betul-betul tidak bisa tahu siapa Yesus, mereka justru tahu, tetapi mereka pura-pura tidak tahu. Mereka sebetulnya sudah mendengar kalimat yang mereka perlu dengar, tetapi mereka terus rasionalisasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus berusaha men-justify diri mereka, ini yang menyebabkan orang betul-betul jatuh ke dalam dosa kemunafikan. “Yesus mengatakan dalam ayat 57, “mengapa engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar?”, keputusan iman terus di pending, terus di delay, tidak menyatakan satu keadaan yang betul-betul berkomitmen, inilah persoalan di dalam kekristenan, dia mungkin datang ke gereja, tetapi betul-betul tidak ada komitmen untuk mengikut Tuhan. Tidak datang ke gereja, ya tidak berani juga, jadi waktu Yesus berkhotbah, mereka mendengarkan, seperti ada ketertarikan, waktu Yesus mengajar mereka datang, tapi sambil mendengarkan sambil menghina, sambil tidak percaya, sambil jengkel, sambil sempit hati, dst. Tetapi lain kali Yesus khotbah lagi, ya mereka datang lagi dan masih mendengarkan, inilah persoalan di dalam kekristenan zaman ini, tidak jauh berbeda dengan apa yang digambarkan di dalam zaman Yesus. Tidak ada keputusan iman, terus pending, nanti ada saatnya dsb., Yesus mengatakan, mengapa engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Di dalam pertanyaan ini terimplikasi sebetulnya mereka sudah tahu apa yang benar. Karena kalau mereka tidak tahu apa yang benar, Yesus tidak akan mengatakan kalimat seperti ini kan? Memang di sini Yesus tidak memberikan penjelasan tentang apa yang benar, meaning mereka sebetulnya sudah tahu apa yang benar. Pemberitaan tentang firman Tuhan, ajakan mengikut Yesus untuk memikul salib setiap hari, untuk menyangkal diri mereka sudah tahu, bukan tidak tahu. Di dalam acara KIN pak Tong mengatakan dalam khotbahnya, banyak orang punya pengetahuan, tetapi dari pengetahuan itu kemudian juga dia tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah dirinya. Pengetahuan itu satu hal, tahu sih tahu, tetapi dengan kuasa pengetahuan saja, orang pasti tidak mempunyai kekuatan untuk meninggalkan dosanya, kalau hanya bergantung pada kuasa pengetahuan saja. Ada banyak orang yang pengetahuannya banyak sekali, tetapi tidak bisa meninggalkan kebiasaan yang berdosa, tidak punya kekuatan untuk itu, tapi dibilang tidak tahu, ya tahu….. Waktu Yesus berbicara tentang perumpamaan penabur, di situ digambarkan ada orang yang mendengar dan mengerti……, waktu dikatakan tidak mengerti….. mengerti….., di situ tidak dikatakan mengerti hanya dalam aspek dia bisa mencerna, khotbahnya tidak terlalu sulit untuk diterima, logikanya masuk dengan logika saya, bukan di dalam pengertian itu. Istilah mengerti di situ, istilah dalam firman Tuhan, mereka mendengar, mengerti dan mengerti di situ adalah orang yang melakukannya. Alkitab tidak memberikan satu gap antara mengerti dan melakukan itu, dalam alkitab tidak familiar dengan pembedaan seperti itu. Kita familiar kenapa? Karena hidup setelah zaman modern, orang sangat menekankan rasio, sehingga kita memisahkan, mengerti adalah satu hal dan melakukan adalah satu hal yang lain. Karena kita hidup di post enlightenment, setelah abad pencerahan, tetapi di dalam akitab, waktu dikatakan, mereka yang mendengar dan mengerti, Yesus tidak mengatakan, mengerti, menyimpan di dalam hati dan melakukannya tidak perlu kepanjangan, Yesus hanya bilang, yang mendengar mengerti, ya sudah. Karena yang mengerti yaitu yang melakukan, ini bukan menyangkut bahwa kita bisa mencerna secara gerakan logika dsb., itu bukan mengerti istilah alkitab, tetapi istilah mengerti dalam alkitab adalah orang yang melakukan. Sehingga di dalam perumpamaan penabur itu Yesus tidak merasa perlu untuk menambahkan mengerti + melakukan dan menyimpannya di dalam hati. Sebetulnya orang yang tidak melakukan, ya tidak mengerti, yang hanya mengerti di pengetahuan’, kalau seperti itu menurut alkitab belum mengerti. Kalau dia betul-betul mengerti, dia akan melakukannya, kalau dia mengerti, kalau dia percaya, dia akan menaatinya di dalam kehidupannya. Maka di sini Yesus menantang mereka untuk mengambil keputusan, bukan berarti bagian ini seperti ke arah armenian, bukan, biasanya kita kan menekankan bahwa Tuhan yang memilih, Tuhan yang memutuskan, Tuhan yang memberi kesempatan, tetapi kemudian di sini ditekankan aspek manusia yang mengambil keputusan. Saya percaya ini tidak berbenturan sama sekali dengan kedaulatan Tuhan, dengan souvereignty of God, kalau kita bandingkan dengan trilogi dari domba yang hilang, dirham yang hilang dan anak yang hilang. Kalau kita membaca, gerakannya berbeda, dua perumpamaan yang pertama membicarakan tentang bahwa yang kehilangan yang mencari, tetapi dalam perumpamaan yang ketiga, itu diberikan ruang bahwa yang hilang yang kembali, seperti kelihatan yang kehilangan tidak mencari, maksudnya bapaknya tidak mencari. Memang tekanannya bukan di situ, ingin memberikan tekanan kepada manusia, termasuk juga dalam bagian ini. Tentu saja kalimat ini tidak salah dan tidak berbenturan dengan doktrin kedaulatan Tuhan, tetapi memberikan satu peringatan, satu ajakan kepada para pendengarnya untuk mengambil keputusan. Mengambil keputusan itu satu hal yang tidak bisa dilakukan dengan gegabah, karena itu waktu kita membaca dalam bagian ini, Yesus juga memberikan satu argumentasi, satu gambaran Allah sebagai hakim, yang siap untuk menyeret setiap orang yang berdosa ke ruang pengadilan. Lalu kalau orang itu tidak bisa membayar hutangnya, dia akan diserahkan ke penjara, lalu dia tidak akan keluar sampai hutang itu lunas dibayar, meaning sebetulnya tidak ada kemungkinan. Ini adalah persuasi di dalam cerita yang diajarkan oleh Tuhan Yesus di dalam pengertian membawa mereka ke dalam pengertian bahwa meskipun Kerajaan Allah sudah datang, sudah ada diantara mereka, tetapi ini bukan berarti setelah itu selalu ada kesempatan bagi mereka untuk bisa bertobat kapan saja? Tidak, karena akan ada waktunya dimana kairos itu tidak ada lagi, dimana moment itu tidak diberikan lagi dan orang harus berhadapan dengan penghakiman dari Tuhan. Seringkali waktu kita membicarakan tentang alkitab, tentang Yesus Kristus, ya kita bicara tentang damai, kasih, belas kasihan, pengampunan, kesabaran dst., saya percaya bahwa ada aspek yang membicarakan bagian ini, tetapi dalam alkitab yang kita kenal, yang asli ini, kita juga membaca bahwa Yesus datang bukan hanya membawa damai, tapi konflik, pertentangan, penghakiman, murka Allah, dst. Nah bagian ini imbang ditekankan dalam kekristenan, kita tidak bisa mengumbar konsep hanya dalam aspek yang pertama saja dengan tidak menekankan aspek yang berikutnya ini, yaitu konflik yang dalam bagian ini membicarakan tentang Allah sebagai Hakim. Justru apa yang dimaksud dengan damai sejati? Kan di sini muncul lagi kata damai, berusahalah berdamai dengan dia, tadi diperikop sebelumnya kita membicarakan tentang necessary conflict, kita tahu konflik yang paling besar adalah konflik manusia dengan Tuhan sendiri. Manusia berdosa dihadapan Tuhan, itu berada dalam satu konflik, tidak ada damai, lalu di sini menjadi satu ajakan, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan. Selagi masih ada kesempatan, berdamailah dengan Tuhan, karena ini tidak terus-menerus akan diberi, kadang-kadang kita melihat orang terus hidup di dalam dosa, mencintai dosanya, tidak mau keluar dari dosanya, yang ada di dalam pikirannya apa ya? Dia bukan tidak tahu bahwa Tuhan itu ada, tentu saja tahu, apalagi dia orang kristen? Dia tahu, tapi dia pikir, Tuhan itu sabar dan betul sih, sepertinya Tuhan memberi toleransi yang panjang sekali, seperti Hitler, dia adalah salah satu orang yang mengalami kesabaran Tuhan dan juga Yudas, kesabaran Tuhan begitu panjang untuk orang seperti mereka ini. Kepada orang yang bukan pilihan Tuhan, yang ditolak, kesabaran Tuhan bisa sepanjang itu, saya percaya, kepada saudara dan saya yang percaya, kita orang-orang kristen, pasti Tuhan punya kesabaran juga yang sangat panjang. Tetapi ini bukan berarti lalu kita boleh mempermainkan kesabaran Tuhan. Mereka yang hidup tidak berdamai dengan Tuhan akan mengalami penghakiman. Kalau kita tarik di dalam konteks yang betul-betul setia kepada pembacaan di sini, konteksnya likely kepada orang yang memang akan percaya atau tidak percaya, tetapi saya pikir di dalam gambaran prinsip yang sama, meskipun kita tahu kita yang percaya tidak akan dihakimi, tetapi bukan berarti Tuhan tidak akan menghakimi perbuatan yang kita kerjakan selama kita berada dalam dunia. Kita orang percaya pasti akan diselamatkan oleh korban Kristus yang sempurna, tetapi hukum siapa menabur apa, siapa menuai apa, itu juga berlaku untuk orang kristen, bukan hanya berlaku untuk orang non kristen. Memang kita pasti akan diselamatkan, kita yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, tapi itu ditandai dengan satu kehidupan yang meng-include termasuk bagian pengertian Allah sebagai Hakim. Ada satu gerakan teologi yang suka sekali membicarakan tentang Tuhan sebagai pengampun, the love of God, kita percaya kepada Yesus Kristus, tidak ada lagi kutukan, kita dibebaskan dari semua kutuk yang sudah ditanggung oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Ya memang ada betulnya, poin itu bukan sepenuhnya salah, memang Yesus menanggung kutuk dosa kita di atas kayu salib, itu betul, tetapi ini hanya sebagian puzzle, bukan keseluruhan puzzle. Orang yang hanya berkanjang di sebagian puzzle ini yang berbicara tentang bahwa kita ini biji mata Allah, Tuhan senantiasa menanti, Tuhan selalu berbelas kasihan, Tuhan selalu mengampuni, datanglah lagi dan lagi minta pengampunan dosa, Tuhan akan selalu setia berdasarkan janjiNya dsb. Saya kuatir ajaran seperti ini sebetulnya ada betulnya bisa menyeret orang ke dalam neraka. Karena sebagian terus berkanjang kepada yang sebagian, lama-lama menyesatkan, ini satu kebahayaan, sesuatu yang partial. Memang kita semua pengertiannya partial, harus membedakan antara orang yang pengertian partial, makin lama makin bertumbuh, makin komplit dengan semua orang yang sengaja terus mempertahankan yang partial. Waktu Tuhan menggerakkan untuk yang lebih perlu, dia tidak mau, dia tidak suka dengan yang ini, terus sengaja partial. Bukan hanya itu, yang partial ini terus diberitakan kepada orang lain, sengaja hanya yang partial saja, seperti ini kan menyesatkan, ya kan? Kita bisa ambil contoh dalam keseharian, bagaimana kita menggambarkan orang lain, orang kan facet-nya banyak, bisa macam-macam, tetapi kalau kita sengaja memberitakan yang partial tentang orang lain, maka akan bisa membawa orang pada pengenalan realita yang sama sekali salah tentang orang itu. Seringkali kita dari pengertian partial coba membangun profiling, karakter, kehidupan realita dsb., banyak melesetnya, sesuatu yang partial lalu kita buat besar, kita ambil kesimpulan sendiri, kita buat puzzle sendiri, mirip seperti orang yang hidup dalam paranoia. Saya pernah memiliki satu teman yang mempunyai hermeneutik menakutkan seperti ini, karena setiap ada kejadian apa, dia bisa ada tafsirannya, lalu dia kait-kaitkan, semua kejadian dia kait-kaitkan, lalu dia buat picture cerita, jalan cerita yang tidak ada sama sekali. Sedikit seperti orang yang terganggu jiwanya, tetapi itu sudah menjadi life style dalam kehidupannya dia, wah sangat menakutkan orang seperti itu. Membangun partial-partial story, lalu setelah itu menciptakan realita yang dia percayai itu sebagai kebenaran. Sama terhadap Tuhan juga seperti itu, waktu seseorang menggambarkan Tuhan, Tuhan itu baik, pengampun, penuh belas kasihan, kesabaran dll., itu memang betul sih, tidak ada yang salah, ini memang betul-betul real, gambaran ini ada, dan ini belum keseluruhan aspek pemahaman tentang Allah. Waktu seseorang bersikeras untuk membangun hanya di dalam pengertian itu, terus membangun keseluruhan realita tentang Tuhan, pasti distorted. Orang yang hanya membangun di dalam konsep seperti ini, terus mengajarkan Yesus di dalam konsep yang seperti ini, yang senantiasa menanti, menunggu, yang selalu mengampuni dosa kapanpun kita datang kepadaNya dan minta pengampunan daripadaNya, akan bisa menyeret orang itu ke dalam neraka. Iman yang sejati itu termasuk di dalam bagian pengenalan akan Allah sebagai Hakim, bukan hanya sebagai Juruselamat, bahkan di dalam injil Matius kalau kita baca, di situ agak sedikit berbeda, bagaimana melihat gambaran kehidupan perjalanan seorang kristen, itu salah satu dasar, fondasi etik dari pada Matius. Melihat bagaimana waktu seseorang taat ada reward, waktu seseorang tidak taat, ada hukuman, reward and punishment, bagian ini dalam Matius khususnya sangat kuat. Meskipun tidak terlalu kuat di dalam injil Lukas, tetapi waktu kita membaca di dalam perikop berikutnya yaitu bagaimanapun ini adalah konteks pembicaraan tentang kaitan kepercayaan teologi yang seperti itu. Di dalam PL teologi seperti ini sangat akrab, seorang teolog bernama Koch memberikan satu istilah a deeds consequence theology atau doktrin deeds consequence theory khususnya dari wisdom book – kitab-kitab puisi atau deuteronomy yaitu kepercayaan sederhana, waktu seseorang taat, dia diberkati, waktu seseorang tidak taat, dia akan mengalami malapetaka. Di dalam kitab Yosua deuteronomi kita membaca prinsip ini berulang-ulang, Yosua menantang kepada bangsa yang dipimpin, silahkan kamu menentukan mau taat kepada Tuhan, kalau kita taat dalam jalan damai sejahtera, tetapi kalau kita tidak taat bukan berkat tapi kutuk. Nah gambaran ini, ada deeds ada consequence, itu begitu establish di dalam PL, khususnya di dalam pentateuch, deuteronomi, Yosua dsb. Tapi kemudian di dalam wisdom book, itu mulai terjadi satu persoalan, misalnya satu contoh klasik kitab Ayub, kitab Ayub itu mempersoalkan deeds consequence theology karena di situ ada gambaran bahwa ini seseorang yang taat, hidup benar tetapi kenapa menderita? Kita melihat di sini teorinya tidak berjalan, sampai sekarang masih bisa jadi issue, orang-orang di dalam kepercayaan kristen, mereka juga bertanya, saya sudah melayani Tuhan, saya hidup benar, saya hidup taat, lalu kenapa saya mengalami suffering seperti ini? Mengapa saya menderita? Mengapa tiba-tiba sakit penyakit masuk di dalam kehidupan saya? Lalu teologi tertentu mengatakan, oh…. tidak…. itu tidak mungkin… karena orang yang hidup benar tidak akan mengalami seperti itu, terus bersikeras di dalam teologi pentateuch yang belum dilengkapi oleh perspektif wisdom book dsb. Waktu kita membaca kitab Ayub, memang indeed itu menjadi satu kesulitan, dimana waktu seseorang righteous dan ini righteous, bukan ge-er bukan rasa self righteous, Ayub betul-betul righteous itu di konfirmasikan oleh Tuhan sendiri, di bumi tidak ada orang seperti dia. Dan Tuhan juga mendemonstrasikan kesalehan Ayub, sampai iblis juga tertarik untuk menggocoh dan menggoda dia. Tapi dalam kitab Ayub waktu kita membaca, yang menjadi persoalan memang ternyata orang benar bisa menderita, orang benar bukan selalu dibebaskan dari sakit penyakit, lalu semuanya berada dalam perlindungan berkat Tuhan, tidak pernah kena malapetaka sama sekali atau sebaliknya kalau orang sakit, orang terkena malapetaka.. oh… itu pasti ada dosa, begitu kan ya? Ini too simple gambaran seperti ini, dalam kitab Ayub, teologi itulah yang dipercaya oleh teman-teman Ayub, karena mereka tidak bisa berpikir lain. Taat berkat, tidak taat kutuk, begitu simpel kan logikanya? Nah sekarang lihat keadaan Ayub, mana? Lebih mirip keadaan berkat atau kutuk? Sepertinya lebih mirip kutuk, kalau begitu ya sudah, pasti tidak taat, makanya teman-teman Ayub terus-menerus meminta Ayub mengaku bahwa dia melakukan dosa, dosamu apa Ayub? Nanti kita doa sama-sama meminta ampun, karena Tuhan maha pengampun dsb. Tapi Ayub terus mempertahankan integritasnya waktu kita membaca di dalam salah satu pasal dalam kitab Ayub bagaimana dia menyatakan kehidupan yang indeed saleh itu. Saya melakukan apologi yang me-list integritasnya, adakah yang ini, adakah yang ini… adakah aku memeras…..dst. Ayub tidak melakukan semuanya itu, lalu kenapa mengalami pengalaman kutuk seperti ini? Kenapa mengalami malapetaka seperti ini? Di dalam latar belakang deeds consequence theory kita membaca perikop pasal 131-5, di situ ternyata meskipun sudah ada kitab Ayub, sudah ada Mazmur dsb., bagaimanapun orang Israel masih berpikir seperti ini juga. Waktu di sini dikatakan gambaran ada orang-orang Galilea darahnya dicampurkan dengan darah korban yang mereka persembahkan, ini betul-betul kekejian. Untuk gambaran orang Yahudi, darah itu melambangkan kehidupan orang itu sendiri, darahnya, lalu itu dicampur dengan darah korban, ini tidak kebayang sama sekali, itu betul-betul satu persembahan kekejian, seperti mempersembahkan anak, terus hidup-hidup dikorbankan, itu kan kekejian dihadapan Tuhan? Pilatus melakukan satu ritual yang benar-benar unthinkable seperti ini, yang betul-betul membuat satu skandal untuk kepercayaan Israel, sangat menakutkan, orang tidak bisa tidak pasti berpikir, ini orang sampai mengalami hal seperti itu, ini orang pasti berdosa luar biasa. Seperti Ahab waktu mati, lalu darahnya dijilat anjing, itu sudah najis luar biasa, waduh… orang ini pasti kena kutuk, ini orang pasti hidup sama sekali tidak benar, sampai kematiannya seperti itu. Lalu di sini bukan hanya dijilat anjing, malahan dicampurkan dengan darah korban yang mereka persembahkan, luar biasa… sangat menjijikkan… bangsa yang sangat keji. Waktu kita membaca bagian ini, waktu kita melihat orang-orang yang mengalami malapetaka seperti itu, Yesus menyoroti kejahatan manusia. Lebih dari pada sekedar men-judge mereka, tetapi juga sebetulnya sekaligus menganggap mereka, kamu pasti berdosa, karena kalau tidak, kamu tidak mungkin mengalami kesulitan seperti itu. Lalu bersamaan dengan itu menempatkan diri lebih tinggi, inilah yang celaka, betul-betul celaka. Waktu teman-teman Ayub berbicara kepada Ayub, sudahlah kamu mengaku dosa saja, pasti ada yang salah dalam hidupmu, kalau tidak ada, tidak mungkin kamu seperti ini. Itu bukan sekedar judgment terhadap Ayub, tetapi di dalamnya mengatakan kamu bersalah kami tidak, coba lihat kehidupan kamu, saya tidak sakit, saya tidak bangkrut… coba lihat dirimu. Bersamaan dengan itu timbul self righteousness, salah satu musuh paling besar yang dibicarakan Yesus terus-menerus di dalam injil. Self righteousness, merasa diri lebih baik dari pada orang lain, merasa lebih beriman, merasa lebih cinta Tuhan, lebih mengasihi Tuhan, lebih dekat kepada Tuhan, lebih mengerti isi hati Tuhan, merasa lebih reformed injili, jadi self righteousness itu musuh di dalam kekristenan. Maka Yesus mengingatkan mereka, kamu jangan berpikir orang-orang ini lebih besar dosanya dari pada semua orang Galilea yang lain, terlalu simple berpikir seperti itu. Mengalami malapetaka lebih besar, dosa lebih besar, mengalami kebahagiaan, berarti taat, kebahagiaan lebih besar berarti ketaatan lebih besar, gambaran seperti ini too simple. Memang ada betulnya karena pentateuch mengajarkan itu, coba kita baca kitab Yosua dll., ajakan untuk taat, orang yang taat akan diberkati, yang tidak taat akan mengalami malapetaka, di dalam PL itu bukan ajaran yang salah. Tetapi sekali lagi, ini partial, ajaran ini tidak komplit, sesuatu yang partial lalu dibentangkan semua jadi satu big picture, teologi seperti ini bahaya sekali. Saya percaya di dalam kepercayaan teologi reformed injili, komitmen untuk terus-menerus menggali kekayaan alkitab, kita tidak bilang bahwa teologi reformed injili itu sempurna seperti alkitab sendiri sempurna, ya tidak. Tetapi di dalam spirit reformed injili kita berusaha untuk mengenal bukan hanya satu atau dua puzzle, tetapi keseluruhan puzzle yang betul-betul dibicarakan di dalam alkitab. Dalam bagian ini Yesus merelativisasi, coba kita perhatikan, Yesus tidak mengatakan bahwa keadaan malapetaka yang mereka terima ini tidak ada hubungannya dengan dosa, Yesus tidak mengatakan itu. Karena di sini waktu berbicara, jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua juga akan binasa atas cara demikian. Jadi Yesus merelativisasi kaitan antara malapetaka dengan penyebab dosanya, ada orang yang bertanya, dia ini buta, sebetulnya dia buta, siapa yang bersalah? Apakah dia buta karena orang tuanya yang melakukan dosa atau dia buta karena dosanya sendiri? Yesus merelativisasi bagian ini, seolah-olah Yesus mau mengatakan, saya tidak mau bicara ini dosanya siapa, kita lihat vector ke depan, bukan vector ke belakang, kita melihat vector ke depan supaya kemuliaan Tuhan dinyatakan. Tetapi waktu kita membaca bagian ini, Yesus bukan mengangkat sepenuhnya kaitan antara malapetaka, sakit penyakit, kematian dsb., dengan dosa, lalu mengatakan, ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan dosa, tidak, Yesus tidak mengatakan seperti itu. Yesus mengatakan, kamu jangan berpikir kalau seseorang mengalami malapetaka, kematian, terus kamu tidak, itu berarti dia lebih besar dosanya dari pada kamu and therefore dia mengalami malapetaka, lalu kamu tidak mengalami malapetaka, lalu kesimpulannya saya dosanya tidak sebesar dia, oooh tidak seperti itu. Yesus bilang, kalau kamu tidak bertobat, kamu akan mengalami hal yang sama seperti mereka. Sebetulnya ini mau mengatakan apa? Kita yang sehat, yang belum terkena kanker dsb., kita yang belum bangkrut dsb., ini tidak menyatakan sama sekali bahwa kita hidup lebih baik dari pada orang lain, itu yang mau dikatakan Yesus. Waktu kita melihat orang lain menderita, kita berpikir bahwa orang ini pasti ada dosanya, pasti ada sesuatu yang salah dalam hidup orang ini, maka mengalami hal seperti ini. Memang mungkin betul, mungkin seseorang menderita karena ada dosanya, tetapi jangan lupa, kita yang tidak menderita bukan berarti kita jadi tidak ada dosanya atau dosanya lebih kecil dari pada orang itu. Waktu kita belum menderita itu hanya mau mengatakan kesabaran Tuhan masih sedang ditahan untuk saudara dan saya, bukan mau mengatakan bahwa kita lebih baik atau lebih benar dan karena itu kita tidak menderita, ya bukan. Hal ini juga mau mengatakan bahwa Tuhan masih memberikan kepada kita kesempatan untuk bertobat, tetapi kesempatan ini bukan selama-lamanya, lalu kalau kita menganggap sepi kemurahan dan kesabaran Tuhan, kita terus pending, mengulur-ulur waktu, Yesus mengatakan, kamu akan binasa juga atas cara yang demikian. Di dalam kedaulatan Tuhan, tidak ada orang bisa menasehati Dia, siapa diberikan kesempatan untuk bertobat berapa lama, itu di dalam kedaulatan Tuhan, kita tidak bisa mengerti. Kadang-kadang ada satu keadaan gambaran yang kita pikir seharusnya masih boleh ada kesempatan, justru Tuhan tidak kasih kesempatan lagi kepada dia. Ada juga gambaran, orang seperti dia ini tidak usah diberikan kesempatan lagi, terlalu banyak menyia-nyiakan anugerah Tuhan dan ternyata kesabaran Tuhan masih dinyatakan di dalam diri orang itu, malah panjang sekali. Kita harus hati-hati, kalau-kalau kita adalah orang yang termasuk kategori seperti ini, jangan kita mempermainkan kesabaran Tuhan. Tetapi seperti yang dikatakan di sini, putuskanlah, ambil keputusan, di dalam kekristenan sebenarnya hanya ada dua kategori, either seseorang itu beriman dan mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh atau tidak ikut sama sekali dan tidak mau tahu sama sekali, tidak ada gambaran kekristenan yang abu-abu. Saudara dan saya, kita diundang, kita di encourage untuk masuk ke dalam kehidupan seperti yang Yesus kehendaki. Perikop yang terakhir mengingatkan kita tentang bahaya self righteousness di dalam dunia, kita berusurusan dengan banyak penderitaan, waktu kita melihat penderitaan orang lain, orang yang bijaksana, dia merefleksi dirinya, ini seperti Tuhan memberi cermin waktu kita melihat orang lain menderita, mengalami sakit penyakit, sebetulnya saya juga bisa mengalami hal seperti ini dst., tetapi kenapa saya masih sehat, masih mengalami anugerah Tuhan, artinya Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah AS
PertolonganTuhan Tepat pada Waktu-Nya. "Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu akan menyiksa engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau meninggalkan TUHAN, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku, demikianlah firman Tuhan ALLAH semesta alam.". Kesaksian ini apa adanya, saya tidak malu, karena ini semata
Orang paling kaya dan orang paling miskin sama-sama memiliki waktu 24 jam sehari. Begitu pula dengan orang sehat dan sakit, orang paling bahagia dan yang merasa paling kenapa kita sering merasa waktu kita tidak cukup untuk melakukan ini-itu? Atau, sebaliknya, kita memboroskan detik dan menit untuk melakukan hal-hal sepele atau yang tidak berfaedah bagi diri kita?Bagaimana agar kita lebih bijaksana menggunakan setiap saat yang Tuhan berikan dalam hidup kita?Making the Most of Your OpportunitiesMasalah kita sebenarnya bukanlah tentang kekurangan waktu, melainkan menulis kepada jemaat Kolose “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.” – Kolose 45. Dalam New English Translation, ayat tersebut diterjemahkan sebagai, “Conduct yourselves with wisdom toward outsiders, making the most of the opportunities.”Artinya, dalam setiap tindakan kita, termasuk dalam interaksi dengan sesama di luar Gereja, kita perlu memerhatikan penggunaan waktu. Gunakan setiap kesempatan pergaulan kita dengan orang lain sebaik mungkin. Waktu kita tidak banyak, tetapi sering kali kita menghamburkannya untuk hal yang kurang bermanfaat bagi pertumbuhan Kerajaan versi King James, kata yang dipakai adalah redeeming the time menebus waktu. Begitu banyak jam dan menit kita yang hilang dengan mubazir. Jadi, sekarang bukan lagi saatnya berleha-leha. Kita diharapkan melakukan usaha dobel, bahkan tripel dalam memanfaatkan setiap saat yang ada dan membayar kesempatan yang disia-siakan di masa pribadi menyadari ada banyak momen yang mestinya dapat saya gunakan untuk memenangkan jiwa tetapi dilewatkan begitu saja. Mari kita perlakukan setiap momen yang Tuhan berikan dengan lebih serius. Hendaknya kita memakai setiap kesempatan interaksi dengan pribadi-pribadi lain untuk mengabarkan Injil tiga hal ini agar kita lebih menghargai waktu1. Jiwa adalah UkurannyaSebagai murid Yesus, muara dari seluruh aspek kehidupan kita adalah menggenapi amanat agung-Nya Matius 2819. Janganlah kita mengukur waktu berdasarkan uang. Ukuran kita adalah jiwa yang dimenangkan. Dan, pemenangan jiwa yang otentik selalu dilakukan oleh orang yang jiwanya berkelimpahan di dalam pun karunia pelayanan yang kita miliki, kita tetap perlu menjalankan amanat agung tersebut. Siapa yang sudah kita tuntun kepada Yesus? Sudahkah kita mengabarkan Injil Kristus kepada sesama lewat perbuatan kita sehari-hari? Untuk melakukannya, apakah jiwa kita sendiri sudah melimpah dengan kasih-Nya?2. Rencanakan Semua dengan BaikWaktu tidak bisa ditabung atau ditumpuk. Apa yang sudah berlalu tidak dapat kita tarik kembali. Dan, waktu yang tak direncanakan dengan baik akan menguap begitu saja, tanpa membawa kita lebih dekat kepada tujuan sisi lain, kelebihan orang yang memenangkan jiwa-jiwa, yang imannya terus bertumbuh dan mampu mencapai banyak hal, adalah pada pengaturan waktu dan bangun kebiasaan untuk mengatur tiap jam dan menit yang kita miliki. Apakah kita sudah menyusun rencana sebelum hari dimulai? Pastikan hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini, kita punya perencanaan untuk setiap kegiatan Evaluasi dan Kreatif Ada jiwa yang butuh waktu lama hingga dapat dituai bagi Kristus, tetapi ada pula yang bisa sangat cepat. Selain butuh hikmat untuk membedakannya, kita juga perlu mengevaluasi cara interaksi kita dengan sesama dan bagaimana distribusi kalau perlu tuliskan, adakah hal yang harus kita lakukan secara berbeda besok dan seterusnya? Jiwa seperti apa yang kita mesti bawa ke dalam Kerajaan Allah? Tuhan Yesus selalu intensional melandaskan tindakan dengan niat dalam segala hal yang Dia kerjakan. Jadilah seorang yang intensional juga seperti tiga hal di atas dapat membantu kita bersikap lebih bijaksana terhadap setiap kesempatan dalam hidup untuk membawa orang lain kepada berdoa Bapa, ajari kami untuk melihat betapa berharganya tiap detik kami hari ini dari sudut pandang kerajaan Allah. Tiap momen yang kami miliki bernilai untuk kekekalan. Bantulah kami menggunakannya dengan penuh hikmat. Articles“Saya Sibuk. Bagaimana Caranya Mengatur Waktu untuk Saat Teduh?”Kapan Waktu Terbaik Untuk Saat Teduh?Gunakan Waktu untuk Tiga Hal Berikut, Selagi Masih Bisa Menyebut “Hari Ini”Indah Pada Waktu nyaAtur Waktu untuk Anak. Coba 3 Cara Ini! – Gereja GKDI–Gereja GKDI terdapat di 37 kota di Indonesia. Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal Personal Bible Sharing, silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami Website Facebook Instagram Blog Youtube TikTok Visited 494 times, 15 visits todayLast modified Feb 28
JamaahJum'ah Rahimakumullah, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita waktu yang penuh dengan keberkahan, keselamatan, kebahagiaan, keamanan, dan kesehatan yang paripurna, yang tidak ada rasa sakit yang datang setelahnya. Bahwa pada dasaarnya setiap orang telah diberikan modal berupa waktu yang sama oleh Allah, yakni sehari selama 24 jam.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tulisan berikut adalah isi pesan yang saya sampaikan kepada anak-anak SMP Kristen Calvin ketika saya menjadi Pembina upacara. Silahkan yang membatasi manusia diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan memberkati waktu itu dengan kesempatan-kesempatan. Waktu itu berharga, maka tak heran ada pepatah mengatakan “Time is money”. Ada dua istilah Yunani untuk cukup menggambarkan waktu dan kesempatan, yaitu kronos dan kairos. Kronos menggambarkan waktu yang berjalan dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari. Kita sering menggunakan istilah kronologis untuk menunjukkan rentetan peristiwa yang terjadi dari satu waktu ke waktu yang lain. Kairos sendiri berfokus pada momentum-momentum penting dalam kronologis waktu yang terus berjalan. Itulah kesempatan-kesempatan yang berbuah karena kita respon secara dalam waktu yang disediakan Tuhan tidak senantiasa berulang. Bahkan sebenarnya kesempatan yang persis sama tidak akan pernah terulang. Hari ini berbeda dari kemarin, jam sekarang ini ketika kita sedang upacara berbeda dari satu jam lalu, mungkin kita sedang dalam perjalanan ke sekolah. Menit ini berbeda dari beberapa menit yang lalu. Jika kita mengerti dan menghargai setiap waktu yang tersedia bagi kita, kita akan menjadi orang Kristen yang saya masih SD, saya melihat anak SMP lebih keren dari SD, maka ada perasaan ingin segera menjadi anak SMP. Ketika saya SMP, kembali saya melihat SMA lebih menarik. Tak selesai, ketika saya SMA, saya berpikir orang-orang kuliah itu enak sekali. Jadwal kuliahnya tidak sepadat SMA, pikir saya pasti saya tidak stres dengan beban kuliah yang ada. Ternyata saya salah, jadwal kuliah memang tidak sepadat jam belajar di SMA, tetapi beban tugas kuliah jauh lebih berat dibandingkan SMA. Tingkatan tugas yang dituntut dosen kepada mahasiswa jauh lebih berat daripada yang dituntut guru SMA saya dulu. Lalu dalam beban kuliah yang berat itu, sekali lagi saya berpikir, nanti begitu saya selesai kuliah, dan sudah bekerja, pasti hidup saya akan lebih tenang, bebas dari tugas-tugas yang harus dikumpulkan kepada dosen. Tapi itu hanya pikiran saya, beban tanggung jawab bekerja ternyata jauh lebih besar daripada beban tanggung jawab mengerjakan tugas kuliah. Tapi kali ini saya mau berpikir apa lagi? Tidak, mau berpikir pun, tidak banyak pilihan yang tersedia. Satu pikiran yang agak nakal yang terlintas adalah ternyata masa paling menyenangkan di antara beberapa jenjang kehidupan saya adalah masa SD. Saya tidak boleh berpikir untuk cari pekerjaan yang lebih ringan beban tanggung jawabnya. Di dalam Alkitab dituliskan kepada yang setia dalam perkara kecil akan dipercayakan perkara yang besar, bukan kebalikannya. Saya tidak boleh berpikir untuk berhenti bekerja dan misalnya hidup dengan uang dari orang tua. Alkitab berkata jikalau engkau tidak bekerja, janganlah engkau makan. Jelas sekali saya harus bagaimana seharusnya kita bersikap dalam setiap tahap kehidupan kita? Alkitab mengatakan untuk segala sesuatu ada waktunya. Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Ada waktu untuk SD, ada waktu untuk SMP, ada waktu untuk SMA, ada waktu untuk kuliah, dan seterusnya. Itu adalah waktu kronologis yang bisa berisi kairos yang berbeda sekali antara satu orang dengan orang yang lain tergantung bagaimana dia mengisi setiap waktu yang tersedia dan mengambil setiap kesempatan yang ada. Tentunya kita harus membedakan antara menghargai kesempatan dengan menjadi opurtunis. Orang yang menghargai waktu merupakan salah salah ciri orang yang menghormati Sang Pemberi Waktu, yaitu Tuhan. Opurtunis bukannya menghargai waktu yang diberikan Tuhan, tetapi mencuri setiap kesempatan untuk mengambil keuntungan dan biasanya dengan merugikan orang lebih spesifik kita lihat. Ada waktu untuk SMP. Apa yang kalian isi ke dalam masa SMP kalian? Zaman ini menyediakan banyak sekali pilihan kepada kalian, sebagian besar menjerumuskan kalian. Banyak game yang tersedia untuk dimainkan. Kalian bisa mainkan satu jam, tetapi tidak sedikit yang sampai tidak tahu waktu. Saya tidak bermaksud mengatakan sama sekali tidak boleh bermain game, tetapi harus ingat waktu jangan dihambur-hamburkan untuk game. Begitu banyak film yang bisa kalian tonton. Namun, apakah zaman ini hanya berisi godaan yang lebih besar, tidak ada kesempatan yang lebih besar? Tidak. Saya harus mengatakan saya “iri” dengan kalian. Dulu sewaktu saya sekolah, bahkan dari SD sampai SMA, saya hanya tahu tentang gambar pemandangan, dan herannya gambar saya mungkin mirip dengan gambar pemandangan yang dilukis oleh anak yang di Aceh, Medan, Palembang, Pontianak, Makassar, Manado, Sumba, Papua, dan bahkan dengan sebagian orang-orang Jakarta. Saya tidak mengenal gambar perspektif, apalagi gambar abstrak. Bagi saya gambar abstrak, ya benar-benar abstrak. Guru Bahasa Inggris SMP saya mengajarkan this singular dengan these plural dengan sangat salah sekali. Guru Bahasa Inggris SMA saya berkata di kelas, jika kalian ingin bertanya kepada Bapak, jangan dengan niat ingin menjebak Bapak. Dia sangat tidak berkompetensi mengajar Bahasa Inggris karena sebenarnya dia sendiri tidak bisa berbicara Bahasa Inggris. Perpuskakaan seperti di Sekolah Kristen Calvin yang terus menerus menambah koleksi buku mungkin hampir tidak ditemukan ditempat lain. Kesempatan yang kalian dapatkan begitu besar. Apakah akan kalian hargai atau kalian buang? Hargailah waktu tiga tahun di SMP Kristen Calvin dengan belajar sebaik-baiknya. Jangan sampai kita termasuk ke dalam suatu kelompok yang dituliskan oleh Alkitab sebagai “babi”. Dalam Alkitab tertulis, jangan lemparkan mutiara kepada babi, supaya jangan diinjak-injak dengan kakinya, lalu iya berbalik mengoyak kamu. Mutiara adalah metafor untuk sesuatu yang sangat berharga. Dan babi sama sekali tidak menghargainya. Perhatikanlah peringatan Alkitab dan janganlah kita menjadi musuh Tuhan karena Dia berkuasa untuk mengikatkan batu kilangan ke leher kita dan menggelamkannya ke dasar lautan. Lihat Pendidikan Selengkapnya
Sebabsekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya. Roma 13:11. Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja." "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. Markus 13:32-33
Oleh Safwannur, Alumnus Ponpes Ihyaaussunnah Lhokseumawe, Aceh dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah PUTM Yogyakarta. Pengajar di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرْهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلآَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ قال النَّبِيُّ كُنْ فِيْ الدُنْيَا كَاَنَّكَ غَرِيْبٌ, أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ, وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَآءَ, وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَاضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Di dalam Al-Qur’an Allah banyak bersumpah mengenai waktu. Ciri-ciri yang menonjol dari ayat sumpah adalah diawali dengan huruf waw qasam waw yang menunjukkan sumpah, di antaranya ada wa al-ashri demi masa, wa adh-dhuha demi waktu dhuha, wa al-laili demi malam dan lain sebagainya. Intensitas penyebutan yang berulang-ulang meskipun dengan diksi yang berbeda mengindikasikan betapa pentingnya menjaga dan memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Setiap manusia diberikan porsi waktu yang sama oleh Allah. Titik perbedaannya terletak pada cara mengelolanya dengan tepat atau tidak. Tak sedikit yang menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berfaedah, sehingga menjerumuskan dirinya pada jurang kesia-siaan. Padahal, kesempatan yang masih diberikan oleh Allah sejatinya untuk mengumpulkan amal shaleh sebanyak-banyaknya sebagai bekal yang akan dibawa pulang ke kampung akhirat kelak agar tidak termasuk golongan orang yang merugi. Allah SwT berfirman وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ العصر ١-٣. Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling nasehat menasehati dalam kebaikan, dan saling nasehat menasehati dalam kesabaran. QS. Al-Asr [105]1-4 Ibnu Katsir menyebutkan bahwa al-Ashr adalah waktu atau masa yang padanya terjadi aktivitas anak Adam baik yang berupa kebaikan maupun keburukan. Baik dan buruk aktivitas keseharian yang dilakoni manusia merupakan pilihannya sendiri yang tentu segala konsekuensi berpulang kepada pribadinya. sumber Suara Muhammadiyah
h1O8oZP. urt53nqakr.pages.dev/28urt53nqakr.pages.dev/360urt53nqakr.pages.dev/654urt53nqakr.pages.dev/920urt53nqakr.pages.dev/88urt53nqakr.pages.dev/636urt53nqakr.pages.dev/892urt53nqakr.pages.dev/791urt53nqakr.pages.dev/49urt53nqakr.pages.dev/930urt53nqakr.pages.dev/969urt53nqakr.pages.dev/435urt53nqakr.pages.dev/542urt53nqakr.pages.dev/444urt53nqakr.pages.dev/200
khotbah tentang waktu dan kesempatan