Apabilapernah bagaimana cara menyiapkan administrasi untuk usaha tersebut. Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Materi Kewirausahaan Dan Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Pustaka Belajar 4 Pengalaman dari individu itu sendiri. KATA PENGANTARPuji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Wirausaha Produk Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah Prakarya dan Kewirausahaan yang berjudul Makalah Wirausaha Produk Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Wirausaha Produk Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Wirausaha Produk Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati ini dapat bermanfaat bagi kita Juni 2023PenyusunDAFTAR ISIKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. TujuanBAB II PEMBAHASANA. Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiB. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiC. Perhitungan Produksi Biaya Makanan Awetan dari Bahan NabatiD. Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari Bahan NabatiBAB III PENUTUPA. KesimpulanB. SaranDAFTAR PUSTAKADownload Contoh Makalah Wirausaha Produk Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan IPENDAHULUANA. Latar BelakangBahan makanan yang ada di alam ini mempunyai sifat dan karakteristik yang beragam. Tetapi banyak juga kesamaan sifat yang dimilikinya, salah satunya mudah rusak. Misalnya buah mangga, sejak dipanen hanya bisa bertahan maksimum seminggu di suhu ruang, setelah itu mangga akan membusuk. Bahan makanan setelah dipanen secara fisiologis masih hidup. Proses ini berlangsung terus sampai terjadi pembusukan. Upaya untuk memperlambat proses fisiologis yang bisa memperlambat proses pembusukan, yaitu teknologi pengolahan. Sifat mudah rusak ini tentu sangat terasa berat terutama saat panen raya, di mana suatu komoditas memasuki waktu panen bersamaan sehingga suplai meningkat hanya mengandalkan penjualan segar, tidak akan terserap terjual semua. Hal ini berisiko akan over supply sehingga bisa menurunkan harga jual, dan tentunya akan sangat mengurangi keuntungan buat petani. Hal yang berdampak paling berat adalah terlanjur membusuk, sehingga akhirnya terbuang. Solusi akan hal ini tentu sangat diperlukan, agar kejadian seperti pada bulan Oktober 2015 di mana di beberapa daerah terjadi pembusukan tomat karena tidak terjual jika terjual pun harganya di bawah harga pokok produksi tidak terulang dan terulang pengolahan adalah salah satu solusi yang bisa digunakan, untuk keluar dari masalah ini. Teknologi pengolahan bisa membuat komoditas tersebut menjadi produk-produk yang mempunyai keawetan yang cukup lama. Berbagai jenis teknologi pengolahan bisa digunakan untuk setiap komoditas. Misalnya untuk mangga, bisa dijadikan selai, sirop, sari buah, fruit leather, manisan, dan lainnya. Kehadiran teknologi pengolahan juga bisa menjadi pilihan wirausaha yang prospektif. Wirausaha pengolahan makanan adalah pilihan yang baik, bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan modal yang ada, dari mulai skala rumah tangga, usaha mikro, kecil, menengah sampai Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Wirausaha Produk Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati ini adalah sebagai berikutBagaimana perencanaan usaha pengolahan makanan awetan dari bahan nabati?Bagaimana sistem pengolahan makanan awetan dari bahan nabati?Bagaimana cara perhitungan biaya produk pengolahan makanan awetan dari bahan nabati?Bagaimana cara pemasaran langsung produk pengolahan makanan awetan dari bahan nabati?C. TujuanAdapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Wirausaha Produk Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati ini adalah sebagai berikutUntuk mengetahui perencanaan usaha pengolahan makanan awetan dari bahan mengetahui sistem pengolahan makanan awetan dari bahan mengetahui cara perhitungan biaya produk pengolahan makanan awetan dari bahan mengetahui cara pemasaran langsung produk pengolahan makanan awetan dari bahan II PEMBAHASANA. Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiIndonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang sangat majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa dan budaya. Keberagaman ini tentu sangat berkorelasi positif dengan keberagaman sumber daya alamnya, baik nabati maupun hewani. Sumber daya alam SDA yang beragam ini mendorong harus diciptakan beragam produk makanan awetan untuk membantu stabilitas harga di saat panen raya dan juga menjaga agar sampai tidak ada yang terbuang saat musim panen tiba, seperti beberapa kasus yang sering terjadi di negeri ini. Teknologi pengolahan juga bisa memberikan nilai tambah pada SDA tersebut, lebih memperluas pendistribusiannya karena keawetan produknya yang lebih baik. Hal ini juga berkorelasi positif dengan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan devisa awetan dari bahan nabati adalah makanan yang dibuat dari SDA nabati, yang sudah melalui proses pengolahan yang tepat sesuai dan dikemas dengan baik, baik menggunakan pengawet sesuai kriteria BPOM maupun tidak sehingga mempunyai umur simpan yang lebih panjang. Makanan awetan berbahan dasar nabati yang saat ini beredar sudah cukup banyak, tetapi masih dapat dikembangkan lebih lanjut, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, juga untuk dijual ke daerah lain dan/atau wisatawan atau pendatang. Beberapa terobosan dapat dilakukan untuk mengangkat citra dan cita rasa makanan awetan tersebut. Upaya terobosan tersebut diharapkan dapat membuka peluang makanan awetan berbahan dasar nabati tersebut untuk didistribusikan ke daerah lain dan diekspor. Hal tersebut akan menjadi promosi yang positif untuk meningkatkan nilai jual makanan awetan berbahan dasar nabati dan pengembangan pariwisata satu tempat atau area yang menyediakan produk-produk khas daerah tentu adalah dukungan akhir yang harus juga menjadi perhatian Pemerintah Daerah. Dorongan menghasilkan produk yang baik akan menjadi kurang optimal jika tidak didukung oleh ketersediaan outlet yang mudah dijangkau dan strategis. Oleh karena itu, setiap Pemerintah Daerah sebaiknya menyediakan area tersebut, yang dikelola secara profesional. Area tersebut diharapkan bisa terpadu, antara tempat wisata, tempat kuliner, penginapan/hotel dan outlet oleh-oleh. Potensi daerah dari bahan nabati yang kaya dan dukungan serta peluang pasar membuat makanan awetan dari bahan nabati menjadi pilihan potensial bidang yang ditekuni untuk wirausaha. Pengembangan makanan awetan dari bahan nabati selain dapat membuka peluang usaha yang cukup besar, juga otomatis dapat memperluas lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan kesempatan berusaha masyarakat khususnya di daerah sehingga akan mendorong dan menumbuhkan perekonomian masyarakat daerah. Kekhasan bahan baku, cara memasak, dan filosofi dari makanan awetan berbahan nabati selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun dibutuhkan dalam pengembangan wirausaha makanan awetan dari bahan nabati agar cita rasa lebih bervariasi, penampilan produk lebih menarik, produk lebih awet serta upaya promosi dan sosialisasi yang lebih ditingkatkan. Pengembangan makanan awetan dari bahan dasar nabati dapat dilakukan dengan memodifikasi cara pengolahan dan pengemasan. Modifikasi dapat memanfaatkan metode produksi dan teknologi baru. Mempertahankan dan mengembangkannya adalah menjadi solusi untuk tetap menjaga keberadaannya, juga tentu menjadi peluang bisnis yang sangat baik. Berbagai jenis wirausaha bisa menjadi alternatif dalam pemilihan ide, bagi calon wirausahawan. Jenis wirausaha ini disesuaikan dengan banyak hal, baik keahlian, minat dan kesukaan, maupun berdasarkan ketersediaan bahan baku yang ada di sekitarnya, dan peluang yang ada. Persoalan mencari ide wirausaha seringkali menjadi masalah utama bagi calon orang yang mengungkapkan keinginannya untuk mempunyai usaha sendiri, tetapi tak kunjung juga menemukan ide wirausaha yang pas. Padahal, ide wirausaha bisa diperoleh dari mana saja mulai dari apa yang kita lihat di lingkungan sekitar, apa yang kita dengar sehari-hari, melihat potensi diri sendiri, mengamati lingkungan sampai dengan meniru wirausaha orang lain yang sudah sukses. Intinya, ide wirausaha bisa dipilih dari upaya pemenuhan apa yang dibutuhkan manusia, mulai dari kebutuhan primer, sekunder dan kebutuhan akan barang mewah. Perlu diingat bahwa berwirausaha sesuai dengan karakter dan hobi kita akan lebih menyenangkan, dibandingkan dengan berwirausaha yang tidak kita sukai. Kewirausahaan bidang makanan awetan dari bahan nabati bisa menjadi ide alternatif yang sangat menjanjikan. Ada pesan moral dan motivasi yang sangat kuat dan melekat dari seorang dosen kewirausahaan senior di Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Ir Soesarsono Wijandi, Alm yaitu “selama manusia masih makan, bisnis makanan dan minuman tidak akan pernah mati.”B. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiProduk makanan awetan adalah produk makanan dan minuman yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga mempunyai keawetan yang lebih tinggi. Makanan awetan tidak identik dengan makanan yang menggunakan pengawet, karena untuk mengawetkan makanan dan minuman, banyak proses yang bisa dilakukan. Proses pengolahan dan pengemasan yang baik juga dapat mengawetkan produk makanan dan minuman. Makanan dapat dibagi menjadi makanan kering dan makanan basah. Produk makanan dapat juga dikelompokkan menjadi makanan jadi dan makanan setengah jadi adalah makanan yang dapat langsung disajikan dan dimakan. Makanan setengah jadi membutuhkan proses untuk mematangkannya sebelum siap untuk disajikan dan dimakan. Makanan kering khas daerah yang dapat langsung dimakan contohnya keripik balado dari daerah Sumatera Barat dan kuku macan dari Kalimantan Timur. Makanan kering khas daerah yang tidak dapat langsung dimakan misalnya kerupuk udang Sidoarjo dan dendeng sapi Aceh. Menurut bahan baku utamanya, makanan khas daerah dikelompokkan pada makanan khas daerah yang berbahan nabati dan berbahan awetan dari bahan nabati ialah makanan yang awet yang berasal dari bahan baku tumbuh-tumbuhan, misalnya sayur-sayuran dan buah. Makanan awetan dari bahan nabati, baik makanan atau minuman yang diproduksi di suatu daerah, merupakan identitas daerah tersebut, dan menjadi pembeda dengan daerah lainnya. Berbagai makanan awetan dari bahan nabati di berbagai daerah di Indonesia menjadi ciri khas daerah tersebut. Wirausaha di bidang ini dapat menjadi pilihan yang sangat tepat karena kita lebih banyak mengenal produk makanan awetan daerah kita daripada daerah lainnya. Cara pengolahan makanan awetan dari bahan nabati pada umumnya cukup sederhana dengan menggunakan metode dan alat yang sederhana pula. Bahan baku yang digunakan diharapkan juga adalah bahan baku lokal yang mudah didapatkan di lingkungan Perhitungan Produksi Biaya Makanan Awetan dari Bahan NabatiPerhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat atau gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas break even point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapai titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan-bahan lainnya dapat dimasukkan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi harga pokok produksi HPP.D. Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari Bahan NabatiAda banyak strategi pemasaran yang bisa digunakan untuk memasarkan produk makanan awetan dari bahan nabati. Pada tahap awal, pemilihan pemasaran secara langsung disarankan karena masih terbatasnya jangkauan pasar yang ada. Ke depannya bisa dikembangkan sistem pemasaran lainnya. Sistem pemasaran langsung ialah sistem pemasaran tanpa menggunakan perantara. Penjualan langsung juga terbagi menjadi beberapa jenis, misalnya penjualan dengan mempunyai outlet sendiri, atau sistem penjajaan langsung pada sistem pemasaran yang tepat, menjadi salah satu penentu keberhasilan dari penerimaan produk tersebut di tangan konsumen. Banyak sisi positif dari sistem pemasaran langsung, di antaranya penghematan waktu dan bisa memperkenalkan langsung produk kita kepada konsumen, tidak ketergantungan pada pihak lain, serta waktu yang fleksibel. Salah satu ujung tombak pemasaran adalah promosi. Berbagai media promosi bisa digunakan untuk membantu meningkatkan pemasaran dari produk makanan awetan dari bahan III PENUTUPA. KesimpulanPilihan wirausaha pada produk makanan awetan dari bahan nabati adalah pilihan yang tepat, karena banyak faktor kemudahan dan peluang yang bisa didapat dari wirausaha bidang ini. Banyak negara yang pariwisatanya sangat berkembang karena daya tarik makanan awetan khas daerahnya dan kulinernya. Sebagai seorang wirausahawan pemula, sangat dianjurkan untuk lebih kreatif dan inovatif dengan wirausaha yang dijalankannya. Artinya, selalu melakukan diversifikasi produk atau pengembangan produk agar memiliki varian lebih dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pesaingnya. Inovasi juga dilakukan agar konsumen tidak jenuh dengan produk yang sudah ada. Walaupun produk khas daerah, inovasi tetap bisa dilakukan, baik inovasi dari sisi rasa, bentuk, maupun adalah negara yang sangat majemuk, beragam daerah dengan beragam budaya, juga beragam makanan khas daerahnya. Hampir di setiap daerah mempunyai makanan khas, misalnya Medan dengan bika ambon dan sirup markisa; Padang dengan dadih dan rendang; Sukabumi terkenal dengan mochi; Yogyakarta dengan bakpia; dan lainnya. Hal ini menjadi khazanah kekayaan tersendiri yang menjadi peluang untuk dijadikan ide dalam pemilihan bidang wirausaha yang akan diambil. Persaingan bisnis makanan khas daerah juga tidak akan terlalu berat karena tidak setiap orang dan semua daerah bisa melakukan hal yang sama, dikarenakan produknya yang SaranPersiapan wirausaha adalah hal penting untuk dilakukan agar semua terencana dengan baik. Setelah semua sudah disiapkan, jangan pernah ditunda untuk segera dimulai. Hal besar itu dimulai dari hal yang kecil, dan dimulai saat PUSTAKAAzima, Fauzan., Hasbullah, dan Is Yulaini. 1999. Penentuan Batas Kadaluwarsa Dadih Susu Kedelai. Jurnal Andalas No. 29 Tahun XI R. 1999. Kajian tentang Daya Saing Pedagang Eceran Kecil. Bogor Badan Litbang Koperasi dan PKM P. ed. 2000. Dasar-dasar Teori dan Praktek Proses Termal. Bogor Pusat Studi Pangan dan Gizi, Suma’mur. 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja. Jakarta T. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta R. dan Suciaty, T. 2008. Prinsip Pengawetan Pangan. Cirebon Unswagati dan Mulyono, N. 2013. Bahan Tambahan Pangan Pengawet. Bogor IPB dan Gunarsa, D. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman. Bogor Agro Media Pustaka. Perhitunganharga makanan awetan dari bahan hewani. 1 hours ago. Komentar: 0. Dibaca: 117. Share. Like. Sebutkan dan jelaskan fungsi pengorganisasian dalam suatu organisasi atau perusahaan Sebutkan penerapan dari chse di sektor pariwisata bagaimna cara memoromosikan meja belajar beserta cara pembuatannya.. Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaah jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan. 2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp 5. Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Baca Juga Sistem Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati Pemasaran Langsung Dan Hasil Kegiatan Usaha Budi Daya Tanaman Pangan Demikian Artikel Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Sumber Daya Yang Dibutuhkan Dalam Usaha Kerajinan Dari Bahan Limbah Berbentuk Bangun Datar Kewirausahaan Dari Dalam Budidaya Ternak Unggas Petelur Teknik Dari Pengolahan Sebuah Makanan Khas Daerah Alat Dan Bahan Yang Berhubungan Dengan Listrik Jenis Jenis Dari Sebuah Pmeliharaan Satwa Harapan

PerhitunganBiaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).

0% found this document useful 0 votes39 views8 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPPTX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes39 views8 pagesPerhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan NabatiJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. MenghitungHarga Pokok Produksi (HPP) dan harga jual dari suatu produk bahan awetan Nabati. Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasa. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaah jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel Berikut. Investasi Alat dan Mesin 2. Biaya Tidak tetap Variabel Lidah Buaya Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada Tabel. Biaya Tidak tetap Variabel 3. Biaya Tetap Lidah Buaya Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada Tabel. Biaya Tetap Lidah Buaya 4. Total Biaya Lidah Buaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah 5. Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya I Jumlah produksi Rp 1. I 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih mu rah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk-lidah-buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai Rp?.000,-, ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp Harga Jual 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada Tabel Penerimaan Kotor 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor - Total biaya = - Rp = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Perhitunganbiaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dan lain-lain), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tena Posting Komentar Baca selengkapnya Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Unsur Biaya Produksi a. Biaya Investasi b. Biaya Produksi • Biaya Tetap • Biaya Tidak Tetap Buku Hasil Revisi Prakarya dan Kewirausahaan 113 Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaah jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel 4. Tabel 1 Investasi alat dan mesin lidah buaya No. Jenis Alat Jumlah Biaya Penyusutan/bulan = total investasi/ umur alat = bulan 84 2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada Tabel 2. Buku Hasil Revisi Tabel 2. Biaya Tidak Tetap Lidah buaya No. Bahan baku Jumlah ribu Rp Harga ribu Rp 1 Lidah Buaya 100kg 4 400 5 Sirup 70 liter 5 350 6 Kemasan mangkok 525 0,3 157,5 7 Tutup mangkok 525 0,05 26,25 8 Kardus 22 2 44 9 Sendok 525 0,08 42 10 Lakban 2 10 20 Jumlah per satu kali produksi Rp Jumlah per bulan Rp 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Biaya Tetap Lidah buaya Items Jumlah dalam ribu Rp Tenaga kerja tetap 6 orang x Rp Listrik/air Gas Penyusutan alat 84 Biaya lainnya 100 Total biaya per bulan Total biaya per hari 369,2 Buku Hasil Revisi Prakarya dan Kewirausahaan 115 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp 5. Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp Tabel 4. Harga jual lidah buaya No. Satuan Harga satuan dalam ribu Rp 1 Mangkok 240 gram 4 2 Karton isi 12 mangkok 48 Buku Hasil Revisi 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada Tabel 8. Tabel 8. Penerimaan Kotor Lidah Buaya Jenis Kemasan Jumlah cup Satuan Rp Total Rp Mangkok 240 g 500 Total Rp 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Membuat Perhitungan Biaya • Buat kelompok 5-8 orang. • Pilihlah satu jenis produk makanan awetan dari nabati yang akan dijadikan usaha kelompok kamu. • Buatlah perhitungan biaya lengkap untuk produk pilihan kelompokmu, untuk menemukan HPP dan menentukan harga jual. • Buat perhitungan biaya tersebut dalam bentuk laporan. Tugas 4 Buku Hasil Revisi Prakarya dan Kewirausahaan 117 D. Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari
AssalamualaikumWR. WB.Kami dari kelompok 5 X MIPA 5. Beranggotakan 5 Anggota :1) Mayahusna Fatimah 2) Eko Subianto 3) Adrian Muldiawan 4) Amelia Azzahra 5)
Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaah jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan. 2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp 5. Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Baca Juga Sistem Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati Pemasaran Langsung Dan Hasil Kegiatan Usaha Budi Daya Tanaman Pangan Demikian Artikel Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Perencanaan Usaha Dalam Kerajinan Dengan Inspirasi Budaya Nonbenda Langkah Perancangan Desain, Produksi, Dan Biaya Produksi Produk Fungsional Pengertian Promosi Usaha Kerajinan Dari Bahan Limbah Berbentuk Bangun Datar Teknik Produksi Kerajinan Fungsional Berbahan Dari Limbah Kewirausahaan Dari Sebuah Bidang Budidaya Unggas
Perhitunganbiaya produksi makanan awetan berbahan dasar nabati pada dasarnya sama saja dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat atau gedung, dan lain-lain), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead ).
Perhitungan biaya produksi makanan awetan berbahan dasar nabati pada dasarnya sama saja dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat atau gedung, dan lain-lain, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan dalam membeli bahan baku. Bahan baku dapat berupa bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Dalam menentukan harga jual juga harus memperhatikan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas atau Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapai titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah semua biaya yang harus dikeluarkan dalam terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan ke dalam Biaya overhead tetap, adalah biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah meskipun jumlah produksinya berubah Biaya overhead variabel, adalah biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional bersesuaian dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk dalam biaya overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan demi mendukung jalannya proses produksi, biaya pembelian bahan bakar minyak, benang, jarum, sabun atau pembersih untuk membersihkan bahan baku, lem serta bahan lainnya. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Berikut ini adalah contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Unsur Biaya Produksi Biaya Investasi Biaya Produksi Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi. Biaya tetap dan biaya tidak tetap atau variabel untuk lidah buaya dapat ditampilkan seperti di bawah ini. Ini sebagai bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausahaan jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, adalah pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan adalah sebagai berikut. Tabel Investasi Alat dan Mesin Lidah Buaya No Jenis Alat Jumlah unit dalam ribu Rp ∑ dalam ribu Rp 1 Cup sealer manual 1 2 Pisau 5 20 100 3 Talenan 5 15 75 4 Baskom plastik 5 25 125 5 Panci Stainless Steel 2 300 600 6 Kompor 1 600 600 7 Literan 2 20 40 8 Timbangan 1 200 200 9 pH Meter 1 400 400 10 Refraktometer 1 11 Alat lainnya 1 paket 200 200 Jumlah Rp Biaya Penyusutan / bulan = total investasi / umur alat = bulan 84 2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Disini biaya tidak tetap bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku dapat ditampilkan seperti tabel berikut. Tabel Biaya Tidak Tetap Lidah buaya No. Bahan baku Jumlah ribu Rp Harga ribu Rp 1 Lidah Buaya 100kg 4 400 2 Sirup 70 liter 5 350 3 Kemasan mangkok 525 0,3 157,5 4 Tutup mangkok 525 0,05 26,25 5 Kardus 22 2 44 6 Sendok 525 0,08 42 7 Lakban 2 10 20 Jumlah per satu kali produksi Rp Jumlah per bulan Rp 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan jumlahnya bersifat tetap setiap bulannya, berapa banyak-pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik atau air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji seperti pada tabel di bawah. Tabel Biaya Tetap Lidah buaya Items Jumlah dalam ribu Rp Tenaga kerja tetap 6 orang x Rp Listrik/air Gas Penyusutan Alat 84 Biaya lainnya 100 Total biaya per bulan Total biaya per hari 369,2 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah total atau keseluruhan dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Dari proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap Total biaya = Rp + Rp Total biaya = Rp Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, maka produsen tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh kerugian. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP yang ditambah dengan margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan oleh pembeli untuk memperoleh produk tersebut. Harga jual dapat ditentukan melalui pertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual termasuk didalamnya harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dan sebagainya tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Produk lidah buaya berkemasan mangkok ini, memiliki HPP-nya sebesar Rp dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar Rp hingga Rp Ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp dengan harapan di tingkat konsumen, harganya akan berkisar Rp sampai Rp Tabel Harga jual lidah buaya No. Satuan Harga satuan dalam ribu Rp 1 Mangkok 240 gram 4 2 Karton isi 12 mangkok 48 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah uang penerimaan yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong dengan total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada tabel di bawah. Tabel Penerimaan Kotor Lidah Buaya Jenis Kemasan Jumlah cup Satuan Rp Total Rp Mangkok 240 g 500 Total Rp 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang diperoleh oleh perusahaan, setelah dipotong dengan total biaya. Pada produksi lidah buaya, jumlah penerimaan bersih meliputi Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya Pendapatan Bersih = Rp – Rp Pendapatan Bersih = Rp Jadi perkiraan pendapatan dalam satu kali produksi, atau dengan jumlah 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba atau keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Baca Juga 1 Teknologi Pengolahan Makanan 2 Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan 3 Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati 4 Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati 5 Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari Bahan Nabati 6 Hasil Kegiatan Usaha Makanan Awetan dari Bahan Nabati
PerhitunganBiaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).
Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll,serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung penjualan. Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaahan jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel 4. 2. Biaya Tidak tetap VariabelBiaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada Tabel 2. 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada Tabel 3. 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp 7. Penerimaan Kotor Penerimaan Kotor adalah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada Tabel 8. 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalahPendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Kunjungi juga Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati
KewirausahaanPengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati. Bahan makanan yang ada di alam ini mempunyai sifat dan karakteristik yang beragam. Tetapi banyak juga kesamaan sifat yang dimilikinya, salah satunya mudah rusak. Misalnya buah mangga, sejak dipanen hanya bisa bertahan maksimum seminggu di suhu ruang, setelah itu mangga akan membusuk.
xGL5.
  • urt53nqakr.pages.dev/800
  • urt53nqakr.pages.dev/110
  • urt53nqakr.pages.dev/736
  • urt53nqakr.pages.dev/172
  • urt53nqakr.pages.dev/671
  • urt53nqakr.pages.dev/971
  • urt53nqakr.pages.dev/241
  • urt53nqakr.pages.dev/634
  • urt53nqakr.pages.dev/984
  • urt53nqakr.pages.dev/884
  • urt53nqakr.pages.dev/847
  • urt53nqakr.pages.dev/962
  • urt53nqakr.pages.dev/534
  • urt53nqakr.pages.dev/449
  • urt53nqakr.pages.dev/243
  • perhitungan biaya makanan awetan dari bahan nabati