Bro sekalian, kalau menurut kacamata TMCBlog, untuk tahun debut kehadiran all new Ninja 250 yang hadir all out, mesin baru, sasis baru di 2018 ini bisa dibilang memang membuktikan di ajang balap bahwa mereka bisa Improve. Bisa sobat lihat, hanya dengan mengandalkan workshop balap Manual Tech yang memang sudah terkenal semenjak lama, kepala dingin dari Pakde Ibnu Sambodo plus
Ibnu Sambodo sukses mengantar Kawasaki dan Hadi Wijaya menjadi juara Asia. Kuncinya, hanya dengan ilmu fisika dasar yang membalik logika pemikiran yang biasa diterapkan oleh banyak mekanik di Indonesia. Sudah jadi logika umum, balap di udara bertemperatur rendah, mekanik selalu utak-atik karburator. Makin rendah temperatur,maka campuran bahan bakar dibikin sekering mungkin. Tapi sebaliknya, bila temperatur panas, maka bahan bakar dibikin kaya. Dengan kata lain dibikin boros. Agar mesin tidak kepanasan dan meleduk akibat overheat. Duaarr… Nah, logika inilah yang dibalik oleh Pakde, sapaan akrab Ibnu. Menurutnya, bermain di Qatar yang dipentas malam hari dengan suhu udara 22 derajat celcius , campuran bahan bakar malah dibikin kaya. Lebih kaya daripada seri Sentul yang dihelat siang hari dengan suhu 28-31 derajat celsius. Di Qatar, jetting Kawasaki Edge yang berkarburator Mikuni 24 ini diisi dengan perbandingan 240/35. Padahal, saat di Sentul yang bersuhu terik cuma menggunakan spuyer 200/40. Alasannya, simpel. “Ini bukan melawan logika berfikir. Tapi, saya hanya menggunakan ilmu fisika,” tegas pemilik tim Manual Tech ini. Jelasnya begini. Untuk menghasilkan kinerja mesin mesin yang kuat, ada dua hal yang diperlukan dalam hal pendinginan. Yang pertama, pendinginan untuk mengantisispasi panas mesin, dan pendinginan untuk mengatisipasi temperatur udara. Di Qatar yang bermain malam hari, memerlukan bahan bakar lebih banyak. Logikanya simpel, sama seperti kenapa kita memerlukan choke untuk menghidupkan motor di pagi hari. Makin dingin temperature udara di luar, makin butuh campuran bahan bakar dan udara lebih banyak. Itulah kenapa Ibnu selalu membawa alat yang berjuluk thermo hydro. Alat ini untuk mengatahui suhu, kelembaban udara dan juga arah dan kecepatan angin. Setelah sampai di negara tempat balapan berlangsung. Tidak lupa membuka website ramalan cuaca untuk mengetahui cuaca setempat. Setelah itu baru deh dicocokkan dengan alat canggih itu. Dari sini, akan terlihat patokan setingan. Apalagi Qatar baru pertama dipakai balapan bebek, sehingga tidak ada data rujukan. Dari data cuaca itu baru akhirnya diketahui, ”Bahwa kelebaban dan temperaturya mirip dengan balap di Cina. Makanya, seting jetting yang dipakai tidak jauh dengan Cina,” tambah pria yang tidak banyak omong ini. Kecepatan dan arah angin, diperlukan dalam seting gir. Apakah angin searah trek lurus Qatar yang berjarak meter ataukah berlawanan. Bila searah, maka bisa menggunakan perbandingan gir lebih berat. Tapi, bila berlawanan, menggunakan gir lebih ringan. Dari pengukuran, diketahui arah angin berkecepatan 15 km/jam dan berlawan dengan trek lurus. Ibnu pun menggunakan perbandingan gir 15/37. Hanya dua hal ini saja yang diutakatik. Selebihnya sama saja dengan seri sebelumnya.”Karena keterbatasan waktu dan masih buta dengan kondisi sirkuit, makanya tidak ada perubahan besar di dalam engine. Dan bila terlalu bereksperimen, takutnya malah jadi berbahaya,” khawatir Ibnu. Apalagi selisih poin antara Hadi Wijaya dan Denny Triyugokurang hanya 5 poin. Kesempatan Hadi Wijaya merebut juara, ya hanya di seri final ini. Makanya, durasi kem tetap dipatok 274 derajat pada lift 1 mm. Sementara klep masih mengandalakan ukuran 27,2 dan 23,2 mm. Berbekal ilmu fisika, Hadi pun sukses menjadi juara Asia. DATA MODIFIKASI CDI Rextor Karburator Mikuni 24 Klep 27,2 dan 23,2 Spuyer 240/35 Gir 15/37
Jadi ini sebagai apresiasi kita kepada pihak KHI Jepang yang membantu kita selama ini hingga tahun lalu kita juara umum AP250 (ARRC 2019). Tahun 2020 ini memang tidak full support tapi kita diijinkan menggunakan propertinya, termasuk motor, "ujar Ibnu Sambodo, owner team merangkap Chief-Mechanic yang akrab disapa Pak De.

Perawakannya kecil,penampilannya juga biasa saja. Tapi jangan anggap enteng kemampuan lelaki bernama Ibnu Sambodo tersebut. Dari tangannya telah lahir mesin-mesin hebat dengan setumpuk prestasi di dunia balap motor. Tak cuma di tingkat nasional, Ibnu juga kerap mengharumkan nama Indonesia di pentas balapan Asia. Salah satunya, motor Kawasaki Blitz hasil oprekannya berhasil memenangi race pertama kelas 110cc di Seri 1 FIM Asian GP yang digelar di sirkuit Sepang, Malaysia,April 2009. Catatan prestasi Ibnu akan lebih panjang lagi bila ditarik ke belakang. Bersama tim waktu itu Suzuki Manual Tech yang ia komandani,beberapa kali pembalap-pembalapnya naik podium. Juni 2008, motor oprekannya mengukir dua rekor fastest lap sekaligus di sirkuit Sentul. Satu di kategori superpool dengan catatan 1 menit 57,2 detik, dan satu lagi di kategori qualification time trial QTT dengan catatan 1 menit 57,76 detik. Setelah bermitra dengan Suzuki sejak tahun 2000, mulai 2009 Manual Tech digandeng Kawasaki. Praktis ini menjadi debut pertama Ibnu menangani mesin dari pabrikan berbeda. Dan ia langsung membuktikan kepiawaiannya dalam meracik mesin motor. Selain satu gelar di Sepang, sekali lagi Ibnu menaklukkan sirkuit Sentul dengan memecahkan rekor fastest lap di kategori QTT. Kawasaki Athlete 125cc hasil oprekannya sukses mengantarkan pembalap andalannya, Hadi Wijaya, menorehkan catatan rekor 1 menit 57,657 detik. Hadi bahkan nyaris memenangi lomba kalau saja tidak mengalami gangguan mesin di lap terakhir. Dengan deretan prestasinya itulah Ibnu lantas disebut-sebut sebagai begawan motor 4 tak Indonesia. Ia sangat piawai memodifikasi motor agar bisa berlari kencang di atas lintasan balap. Lelaki yang akrab dipanggil Pakdhe ini bahkan disejajarkan dengan Jeremy Burgess , tuner kondang kelahiran Australia yang telah mengantarkan tiga juara dunia MotoGP termasuk Valentino Rossi. Pasalnya, tak peduli motor merek apa yang dioprek, baik Ibnu maupun Burgess,selalu berhasil mengantarkan pembalapnya menang. Dari keluarga guru,Tiga kali menorehkan rekor fastest lap di Sentul dengan dua pabrikan berbeda rasanya cukup untuk menggambarkan kehebatan seorang Ibnu Sambodo di dunia otak-atik motor. Tapi siapa sangka lelaki kelahiran 23 Mei 1974 ini justru berasal dari keluarga guru. “Mungkin darah mekanik saya berasal dari kakek. Kakek saya dulu pembuat alat penangkap ikan,” cerita Ibnu Meski hidup di keluarga guru, namun Ibnu sudah akrab dengan dunia mekanik sejak kecil. Bila teman-teman sebayanya suka membeli mainan, anak ketiga dari tujuh bersaudara ini memilih membuat sendiri. Ia semakin akrab dengan dunia mekanik ketika akhirnya masuk ke jurusan teknik elektro UGM di tahun 1992. Sayang, penghasilan orang tuanya yang pas-pasan tak mampu menyokong kuliah Ibnu secara penuh. Alumnus SMA 3 Solo inipun berinisiatif mencari tambahan uang saku dengan menawarkan jasa servis motor. Pelanggan pertamanya adalah teman-teman kosnya sendiri. Yang menarik, waktu itu Ibnu malah belum punya motor sendiri. “Sampai sekarang saya masih heran, kok bisa teman-teman percaya motornya saya perbaiki. Padahal saya sendiri tidak punya motor,” katanya sambil tersenyum. Ibnu tak pilih-pilih pelanggan. Ia juga tak pilih-pilih bayaran. Mau dibayar dengan uang oke, hanya diberi nasi bungkus juga ia terima. Alhasil, pelanggannya semakin banyak. Halaman kamar kosnya berubah jadi bengkel dadakan. Tentu saja hal ini menuai protes dari penghuni kos lain karena merasa terganggu. Terlalu asyik dengan bengkelnya membuat kuliah Ibnu keteteran. Lelaki yang semasa SMP pernah menjadi pelajar terbaik se-Kabupaten Wonogiri ini akhirnya memilih keluar dari kampus. “Mungkin saya memang tidak cocok di dunia akademis. Saya cocoknya di dunia praktis,” ujarnya coba memberi alasan. Namun Ibnu tak mengingkari jika biaya menjadi alasan utama dalam pengambilan keputusan tersebut. Tak lama setelah itu, Ibnu mulai mengenal dunia balapan. Perkenalan tersebut boleh dibilang tidak disengaja. Kebetulan waktu itu salah seorang tetangga kosnya hobi balap motor dan Ibnu dipercaya mengotak-atik motor tunggangannya. Jadilah Ibnu semacam mekanik tak resmi dari tetangga kosnya tersebut. Seiring berjalannya waktu, kepiawaian Ibnu mengoprek motor semakin meningkat. Motor-motor yang ia pegang selalu menjadi yang tercepat. Namanya lantas semakin dikenal sebagai mekanik andal di kalangan pembalap. Sadar akan potensi yang ia miliki, Ibnu kemudian mendirikan tim mekanik yang ia namai Manual Tech. Di bawah bendera tim inilah Ibnu menjual jasa otak-atik motor kepada para pembalap. Dan hasil di atas lintasan menunjukkan betapa motor-motor oprekan Ibnu selalu dominan. Kecemerlangan Ibnu dan Manual Tech-nya memikat hati sponsor, di antaranya Suzuki. Pabrikan asal Jepang ini berniat mengajak Ibnu bekerja sama membentuk tim setuju. Maka lahirlah Suzuki Manual Tech yang mulai ikut balapan di musim 2000. Sepanjang 2000-2008, Suzuki berhasil mendominasi seluruh ajang yang diikutinya kendati tak selalu jadi juara. “Sampai sekarang saya masih heran, kok bisa teman-teman percaya motornya saya perbaiki. Padahal saya sendiri tidak punya motor.” –Ibnu Sambodo– Kini, bersama Kawasaki Ibnu tak memasang target muluk-muluk. Namun ia menegaskan kalau dirinya selalu berkeinginan untuk menjadi semakin baik dari tahun ke tahun. “Semua itu kan butuh proses, tidak ada hasil yang instan,” katanya mencoba berfilsafat. Ketika ditanya apa rahasianya sehingga bisa merajai dunia otak-atik motor, Ibnu hanya tersenyum. Lelaki beristri dokter ini kemudian bercerita, ia sudah suka membaca segala referensi seputar mesin sejak masih SD. Karena itu ia bisa menguasai seluk-beluk mesin dan fungsi masing-masing komponennya. “Saya belajar mesin bukan hanya pada kulit yang nampak, tapi juga bagaimana sebuah proses mekanik terjadi. Ini yang tidak dilakukan mekanik lain,” tambahnya. Di akhir pembicaraan, Ibnu menyampaikan harapannya pada dunia balap nasional. Ia berpendapat, sudah saatnya Indonesia mulai merintis ajang-ajang balap supersport . Selama ini yang ada hanya balapan motor bebek. Akibatnya pembalap nasional sukar menembus ajang balapan yang lebih bergengsi di tingkat internasional semacam MotoGP. “Contohnya Doni Tata. Karena di sini terbiasa balapan pakai motor bebek, begitu masuk GP ya keteteran,” pungkasnya. Untuk menularkan keahliannya mengoprek motor, Ibnu membuka sekolah mekanik yang diberi nama Manual Tech Course. Dengan sekolah ini Ibnu berharap dapat melahirkan banyak engine builder di Indonesia. Berbeda dengan mekanik biasa, engine builder bisa merancang, menganalisa, sekaligus mengembangkan mesin garapan mereka sendiri. Semoga harapan Pakdhe Ibnu Sambodo segera tercapai. Rerensi This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Durabilitas selalu jadi momok dan itu membuat kebanyakan mekanik memakai kompresi rendah. Dengan tujuan agar mesin Blade kuat digeber sampai balapan berakhir. Terbukti sanggup melawan Z1 yang ada campur tangan teknisi dari Yamaha Jepang. Sementara Blade Honda Daya ini murni korekan mekanik lokal, yakni digarap Suhartanto 'Kupret

Perawakannya kecil, penampilannya juga biasa saja. Tapi jangan anggap enteng kemampuan lelaki bernama Ibnu Sambodo tersebut. Dari tangannya telah lahir mesin-mesin hebat dengan setumpuk prestasi di dunia balap motor. Tak cuma di tingkat nasional, Ibnu juga kerap mengharumkan nama Indonesia di pentas balapan Asia. Salah satunya, motor Kawasaki Blitz hasil oprekannya berhasil memenangi race pertama kelas 110cc di Seri 1 FIM Asian GP yang digelar di sirkuit Sepang, Malaysia, April 2009. Catatan prestasi Ibnu akan lebih panjang lagi bila ditarik ke belakang. Bersama tim waktu itu Suzuki Manual Tech yang ia komandani, beberapa kali pembalap-pembalapnya naik podium. Juni 2008, motor oprekannya mengukir dua rekor fastest lap sekaligus di sirkuit Sentul. Satu di kategori superpool dengan catatan 1 menit 57,2 detik, dan satu lagi di kategori qualification time trial QTT dengan catatan 1 menit 57,76 detik. Setelah bermitra dengan Suzuki sejak tahun 2000, mulai 2009 Manual Tech digandeng Kawasaki. Praktis ini menjadi debut pertama Ibnu menangani mesin dari pabrikan berbeda. Dan ia langsung membuktikan kepiawaiannya dalam meracik mesin motor. Selain satu gelar di Sepang, sekali lagi Ibnu menaklukkan sirkuit Sentul dengan memecahkan rekor fastest lap di kategori QTT. Kawasaki Athlete 125cc hasil oprekannya sukses mengantarkan pembalap andalannya, Hadi Wijaya, menorehkan catatan rekor 1 menit 57,657 detik. Hadi bahkan nyaris memenangi lomba kalau saja tidak mengalami gangguan mesin di lap terakhir. Dengan deretan prestasinya itulah Ibnu lantas disebut-sebut sebagai begawan motor 4 tak Indonesia. Ia sangat piawai memodifikasi motor agar bisa berlari kencang di atas lintasan balap. Lelaki yang akrab dipanggil Pakdhe ini bahkan disejajarkan dengan Jeremy Burgess, tuner kondang kelahiran Australia yang telah mengantarkan tiga juara dunia MotoGP termasuk Valentino Rossi. Pasalnya, tak peduli motor merek apa yang dioprek, baik Ibnu maupun Burgess selalu berhasil mengantarkan pembalapnya menang. Dari keluarga guruTiga kali menorehkan rekor fastest lap di Sentul dengan dua pabrikan berbeda rasanya cukup untuk menggambarkan kehebatan seorang Ibnu Sambodo di dunia otak-atik motor. Tapi siapa sangka lelaki kelahiran 23 Mei 1974 ini justru berasal dari keluarga guru. “Mungkin darah mekanik saya berasal dari kakek. Kakek saya dulu pembuat alat penangkap ikan,” cerita Ibnu ketika saya temui di rumahnya pada 30 Mei 2009 dalam rangka liputan untuk Harian Jogja. Meski hidup di keluarga guru, namun Ibnu sudah akrab dengan dunia mekanik sejak kecil. Bila teman-teman sebayanya suka membeli mainan, anak ketiga dari tujuh bersaudara ini memilih membuat sendiri. Ia semakin akrab dengan dunia mekanik ketika akhirnya masuk ke jurusan teknik elektro UGM di tahun 1992. Sayang, penghasilan orang tuanya yang pas-pasan tak mampu menyokong kuliah Ibnu secara penuh. Alumnus SMA 3 Solo inipun berinisiatif mencari tambahan uang saku dengan menawarkan jasa servis motor. Pelanggan pertamanya adalah teman-teman kosnya sendiri. Yang menarik, waktu itu Ibnu malah belum punya motor sendiri. “Sampai sekarang saya masih heran, kok bisa teman-teman percaya motornya saya perbaiki. Padahal saya sendiri tidak punya motor,” katanya sambil tak pilih-pilih pelanggan. Ia juga tak pilih-pilih bayaran. Mau dibayar dengan uang oke, hanya diberi nasi bungkus juga ia terima. Alhasil, pelanggannya semakin banyak. Halaman kamar kosnya berubah jadi bengkel dadakan. Tentu saja hal ini menuai protes dari penghuni kos lain karena merasa terganggu. Ibnu Sambodo foto ekoMendirikan Manual TechTerlalu asyik dengan bengkelnya membuat kuliah Ibnu keteteran. Lelaki yang semasa SMP pernah menjadi pelajar terbaik se-Kabupaten Wonogiri ini akhirnya memilih keluar dari kampus. “Mungkin saya memang tidak cocok di dunia akademis. Saya cocoknya di dunia praktis,” ujarnya coba memberi alasan. Namun Ibnu tak mengingkari jika biaya menjadi alasan utama dalam pengambilan keputusan tersebut. Tak lama setelah itu, Ibnu mulai mengenal dunia balapan. Perkenalan tersebut boleh dibilang tidak disengaja. Kebetulan waktu itu salah seorang tetangga kosnya hobi balap motor dan Ibnu dipercaya mengotak-atik motor tunggangannya. Jadilah Ibnu semacam mekanik tak resmi dari tetangga kosnya tersebut. Seiring berjalannya waktu, kepiawaian Ibnu mengoprek motor semakin meningkat. Motor-motor yang ia pegang selalu menjadi yang tercepat. Namanya lantas semakin dikenal sebagai mekanik andal di kalangan pembalap. Sadar akan potensi yang ia miliki, Ibnu kemudian mendirikan tim mekanik yang ia namai Manual Tech. Di bawah bendera tim inilah Ibnu menjual jasa otak-atik motor kepada para pembalap. Dan hasil di atas lintasan menunjukkan betapa motor-motor oprekan Ibnu selalu dominan. Kecemerlangan Ibnu dan Manual Tech-nya memikat hati sponsor, di antaranya Suzuki. Pabrikan asal Jepang ini berniat mengajak Ibnu bekerja sama membentuk tim balap. Ibnu setuju. Maka lahirlah Suzuki Manual Tech yang mulai ikut balapan di musim 2000. Sepanjang 2000-2008, Suzuki berhasil mendominasi seluruh ajang yang diikutinya kendati tak selalu jadi juara. “Sampai sekarang saya masih heran, kok bisa teman-teman percaya motornya saya perbaiki. Padahal saya sendiri tidak punya motor.”–Ibnu Sambodo–Kini, bersama Kawasaki Ibnu tak memasang target muluk-muluk. Namun ia menegaskan kalau dirinya selalu berkeinginan untuk menjadi semakin baik dari tahun ke tahun. “Semua itu kan butuh proses, tidak ada hasil yang instan,” katanya mencoba berfilsafat. Ketika ditanya apa rahasianya sehingga bisa merajai dunia otak-atik motor, Ibnu hanya tersenyum. Lelaki beristri dokter ini kemudian bercerita, ia sudah suka membaca segala referensi seputar mesin sejak masih SD. Karena itu ia bisa menguasai seluk-beluk mesin dan fungsi masing-masing komponennya. “Saya belajar mesin bukan hanya pada kulit yang nampak, tapi juga bagaimana sebuah proses mekanik terjadi. Ini yang tidak dilakukan mekanik lain,” tambahnya. Di akhir pembicaraan, Ibnu menyampaikan harapannya pada dunia balap nasional. Ia berpendapat, sudah saatnya Indonesia mulai merintis ajang-ajang balap supersport. Selama ini yang ada hanya balapan motor bebek. Akibatnya pembalap nasional sukar menembus ajang balapan yang lebih bergengsi di tingkat internasional semacam MotoGP. “Contohnya Doni Tata. Karena di sini terbiasa balapan pakai motor bebek, begitu masuk GP ya keteteran,” pungkasnya. Untuk menularkan keahliannya mengoprek motor, Ibnu membuka sekolah mekanik yang diberi nama Manual Tech Course. Dengan sekolah ini Ibnu berharap dapat melahirkan banyak engine builder di Indonesia. Berbeda dengan mekanik biasa, engine builder bisa merancang, menganalisa, sekaligus mengembangkan mesin garapan mereka sendiri. Semoga harapan Pakdhe Ibnu Sambodo segera tercapai.

PakdeIbnu Sambodo telah mengumumkan dua nama pebalap kelas SS600 tim Manual Tech pada ARRC musim kompetisi 2017, yang pertama H. A Yudhistira dan Azlan Kamaruzaman. Dengan demikian posisi Azlan disini menggeser kursi A.M. Fadli yang musim lalu menjadi tandem Yudhistira di kelas supersport. Dito/GridOto Ibnu Sambodo saat ditemui di Kawasaki Manual Tech - Ibnu Sambodo pemilik Kawasaki Manual Tech, tim balap yang cukup lama berkecimpung di motorsport Indonesia. Dalam tim Kawasaki Manual Tech, Ibnu Sambodo juga sebagai tuner yang sangat diandalkan. Pasti sudah banyak melihat pembalap lokal yang hebat. Ia bertemu dengan beberapa waktu lalu, membagi pengalamannya sepanjang karir sebagai mekanik balap. BACA JUGA Blak-blakan Hendriansyah Mana Lebih Penting Buat Pembalap, Fisik atau Mental? Nah, kali ini Pak Dhe Ibnu Sambodo Mau kasih resep jadi pembalap top loh. Pesan Ibnu Sambodo yang pertama adalah bukanlah nyali masalah mental. "Karena orang yang balapan sudah pasti punya nyali tapi belum tentu punya mental kuat," kata Pak Dhe. "Biasanya pembalap dari pasar senggol mentalnya kuat, karena perasingannya ketat," tegas Ibnu Sambodo.
Beritamutakhir Yudhistira secara pribadi akhirnya lebih memilih Kawasaki untuk 2016. Itu diiyakan Ibnu Sambodo, bos Kawasaki Manual Tech tempat Yudhistra membalap. "Ya benar, Yudhis - panggilan Yudhistira - nggak jadi ke Honda. Selebihnya auk ah," jelas Ibnu dari markasnya di Jogja. SELENGKAPNYA
There are many combat-style sports and martial arts that resemble each other and seem to have similar techniques. Sambo and Judo are two styles that often seem similar to each other, but when you take a close look at each fighting style, there are some significant key differences between the two. The crucial difference between Judo and Sambo is that Judo was designed to be practiced for self-defense, mental and physical benefits, and as a sport for everyone. Conversely, Sambo was designed exclusively for the Russian military to prepare for brutal hand-to-hand combat situations. When you take a cursory look at Sambo and Judo, they seem to have many similarities, especially with the grappling-type techniques. While this observation is true, and they certainly do have some similarities, there are fundamental differences between Sambo and Judo that distinguish each from the other. What Are The Fundamentals Of Judo? Photo by Japan has been the birthplace of many martial arts, and this includes Judo. It is considered to be a modern martial art because it is a relatively young fighting style, developed in 1882. This is considered young because many other martial arts can trace their roots back for many centuries in their country of origin. The creator of Judo was a Japanese educator and athlete by the name of Jigoro Kano, and he based his development of Judo on Japanese Jiu-jitsuAlso known as Jujutsu. The fundamentals of Judo include the following aspects of martial art. The takedown. One of the main objectives in Judo is to throw or takedown an opponent onto the mat or the ground. Subdue an opponent. Subduing an opponent by immobilizing them with a prescribed pin technique. Force a submission. A submission can be forced in Judo by executing a choke or a joint lock which results in the opponent submitting. Strikes. Judo does include training for strikes with both the feet and the hands, but only in the form of pre-arranged kata. They are not allowed during Judo competitions or during free practice sessions. Strikes are not taught as a means of attack or to subdue the opponent but are used to teach a student how to deal with a strike. Weapons. Judo includes training with weapons, but the weapons are used to teach Judoka or practitioners how to defend against a weapon. They are never taught as a means for attack. Judo rules do not allow the attacking of any joint of the body other than the elbow. It is illegal to touch the face of an opponent when you are training or engaged in a Judo match. Recent changes to Judo have made leg takedowns and leg attacks illegal moves in the sport; however, if you train traditional or old school Judo, you will still be taught these techniques. What Are The Fundamentals Of Sambo? If Judo is considered a modern fighting style because of its recent origins, Sambo is an even younger fighting style. Sambo is a combat-fighting style that originates from Russia and was developed in the 1920s. Sambo was originally developed for the Soviet military as a means of unarmed combat and had its foundation in many different martial arts, including Judo, Jui-Jitsu, boxing, Greco-roman wrestling, and other martial arts. The intention around the development was not as a sport but as a form of unarmed combat for soldiers. The military form of Sambo is referred to as Combat Sambo, and the sport version of the fighting style is referred to as Sport Sambo. Sport Sambo’s techniques and moves are akin to judo and wrestling without striking techniques. In contrast, Combat Sambo involves many more forms of attacks and strikes, including head strikes, which are more appropriate for a soldier in a life-and-death situation than a sport. The fundamentals of Combat Sambo include the following techniques and philosophies. Win at all costs. Combat Sambo’s philosophy is to win at all costs because if you lose, it could cost you your life. Strikes. Combat Sambo actively uses strikes, including using the head as a weapon, elbows, and hands. A wider range of grappling techniques. A wider range of grappling techniques are used in Combat Sambo, including takedowns by the legs. Weapons as a form of attack. Combat Sambo includes teaching how to use various weapons as a tool to attack the opponent. Sport Sambo bears a closer resemblance to Judo and includes the following. Grappling. Sport Sambo includes many grappling techniques that were incorporated into the style from wrestling. Takedowns. Takedowns are taught using a combination of techniques from Wrestling and Judo. Leglocks. Leglocks are used both as a form of takedown and to generate a submission. Submission holds. Submission holds, and joint locks are taught targeting joins of the arms and the legs. Strikes. Strikes are not allowed in Sport Sambo. Sport Sambo more closely resembles Judo because it is basically Combat Sambo that has been toned down to be a sporting activity rather than a life and death fight. The Key Difference Between Judo And Sambo Even though Sambo and Judo have a lot of similarities, there are some key differences between the two combat styles, mostly because of Sambo’s adoption of techniques from other fighting styles. The main differences between Sambo and Judo that differentiate the two fighting styles are as follows. Judo allows for chokeholds, but this is an illegal move in Sambo. Modern Judo does not allow for leg takedowns or leg attacks. These moves are sanctioned in Sambo. Judo teaches the philosophy of peace and has a spiritual and morality component that is taught as part of the fighting art. This is not the case in Sambo; it is strictly a fighting sport. Sambo was created for the military, while Judo was created as a sport. Up until 2020, Sambo did not have a belt grading system. Judo has had a belt grading system since its inception. Judo is an Olympic sport but Sambo is not yet accepted as an official Olympic sport. Is Judo Or Sambo More Effective In Self Defense? Judo is a fighting style that is oriented around defense, while Sambo promotes attack. Even though there are differences between the moves and philosophies of these two fighting styles, they are both very effective styles for self-defense. Sambo would be the more effective fighting style for self-defense over Judo because it incorporates a wider range of grappling and takedown techniques that are not taught when learning Judo. This is not to say that Judo is ineffective for self-defense, just that Sambo is a more robust system that better prepares you in self-defense situations. If you are competent in Judo, it will most certainly be to your advantage when you need to defend yourself. Most attackers would be unfamiliar with Judo and would be surprised by the Judo techniques that are used against them. Judo teaches you to put your opponent down, and once your attacker is down, you can make your escape to safety. Sambo has many more moves and techniques that are taught as part of the style, including takedowns using your legs and targeting the legs of your attacker. This would give you a greater number of options when called upon to use your skills for self-defense. Both Judo and Sambo are effective as self-defense fighting skills, and the techniques learned in both fighting styles will serve you well if you need to use them to defend yourself. Which One Should I Choose Judo Or Sambo? The decision regarding which fighting style you should choose to learn will depend on several factors. The first being personal preference. If you like the history and the whole being aspect of Judo which includes training body, mind, and spirit, then Judo would be the more appropriate style to chose. If you are only interested in learning self-defense skills, then Sambo would be the better of the styles to choose to learn. Another influencing factor may be availability. There are many more training facilities offering lessons in Judo than there are offering training in Sambo. If Sambo is not offered in your location, start off with Judo. The skills you learn in Judo are useful and have relevance should the opportunity to learn Sambo should present itself for you in the future. Conclusion Even though Sambo and Judo have many points of similarity, the key differences in the philosophy and techniques between the two styles make them unique and separate from each other. Both styles are great to learn from a self-defense point of view, but if you are looking to get into MMA, Sambo would be the better style to focus your attention on.
Yangmenjadi sangat spesial adalah kawasaki EDGE yang dibidani oleh tuner senior nasional Ibnu Sambodo, mampu menghasilkan racing engine, yang mampu mengungguli motor-motor lainnya yang justru dibidani oleh mekanik jepang. Hebat kan ? Nah kita perlu berbangga sekaligus termotivasi dengan keadaan ini
profesional untuk riset dan pengembangan motor by Manual Tech Yogyakarta terbukti makin menebar pesona saat ini. Banyak tim yang kemudian tertarik. Pindah bengkel untuk kemudian mempercayakan kepada para mekanik Manual Tech Yogyakarta yang dikomandoi Ibnu Sambodo. Sebut saja diantaranya yang sudah memastikan diantaranya adalah tim Suhandi Padang88, Dit’s Palangkaraya, PARD dan lain-lain. Bagaimana komentar pemilik Manual Tech Yogyakarta, Ibnu Sambodo atas fenomena ini ? “Dalam kondisi seperti ini dimana Covid-19 masih menjadi problem bersama, saya pikir penting bagi kita untuk menerima jasa riset dan pengembangan motor. Jadi ini buat pemasukan anak-anak juga. Penting untuk survive, “ucap Ibnu Sambodo yang juga pemilik diler Kawasaki M-Tech yang ada di Jl. Gito Gati, Sleman, Yogyakarta. BACA JUGA0 Ibnu Sambodo Jelaskan Soal AM Fadly Balapan Bebek OnePrix Sentul Bareng M-Tech “Terpenting, saya tekankan untuk fokus riset. Kawal langsung motornya di trek atau dalam event balap. Jangan sampai tidak diback-up langsung. Sayapun ikut langsung terjun membantu, “tambah Ibnu Sambodo. Anyway, bicara track record prestasi Manual Tech Yogyakarta tidak perlu ditanyakan lagi. Memang sudah terbukti meraih juara balap Asia kelas AP250. Bahkan kalahkan tim mewah dan berkelas’ Astra Honda Racing Team. AM Fadly sukses merebut jawara AP250 ARRC 2019. Bicara balap bebek, Manual Tech sudah langganan jawara nasional sejak era MotoPrix hingga IndoPrix. BACA JUGA Tim Manual Tech Pastikan Balap Kejurnas Motorsport IMS 2021 Sentul, Siapa 2 Ridernya ? Fakta berbicara memang Manual Tech Yogyakarta tidak terfokus pada satu mekanik. Sumber daya berkualitasnya terdiri dari beberapa orang. “Untuk Sport 250 yang dipakai AM Fadly, itu garapannya Agus Kenthus. Dia yang dominan mengerjakannya. Kalau mapping pengapiannya Novel Rextor, “ujar Ibnu Sambodo yang mengaku siap meramaikan balap Kejurnas Motorsport 2021 IMS 2021 Sentul, khususnya kelas Sport 250 cc. “Intinya kita terus membangun komunikasi untuk menciptakan motor yang lebih baik. Ketika ada masalah yang perlu didiskusikan, kita serius pecahkan bersama, “tambah Ibnu Sambodo. BB1
Newsand Features Browse all our editorial content in one place: Autosport Live Minute-by-minute live race commentary: Gallery The best photography from around the world: Grand Prix Predictor Predict the winners for every race of the season: Forix Stats The world's best motorsport stats database No credit No caption Ibnu Sambodo sukses mengantar Kawasaki dan Hadi Wijaya menjadi juara Asia. Kuncinya, hanya dengan ilmu fisika dasar yang membalik logika pemikiran yang biasa diterapkan oleh banyak mekanik di jadi logika umum, balap di udara bertemperatur rendah, mekanik selalu utak-atik karburator. Makin rendah temperatur,maka campuran bahan bakar dibikin sekering sebaliknya, bila temperatur panas, maka bahan bakar dibikin kaya. Dengan kata lain dibikin boros. Agar mesin tidak kepanasan dan meleduk akibat overheat. Duaarr...Nah, logika inilah yang dibalik oleh Pakde, sapaan akrab Ibnu. Menurutnya, bermain di Qatar yang dipentas malam hari dengan suhu udara 22 derajat celcius , campuran bahan bakar malah dibikin kaya. Lebih kaya daripada seri Sentul yang dihelat siang hari dengan suhu 28-31 derajat celsius. Di Qatar, jetting Kawasaki Edge yang berkarburator Mikuni 24 ini diisi dengan perbandingan 240/35. Padahal, saat di Sentul yang bersuhu terik cuma menggunakan spuyer 200/ simpel. “Ini bukan melawan logika berfikir. Tapi, saya hanya menggunakan ilmu fisika,” tegas pemilik tim Manual Tech ini. Jelasnya begini. Untuk menghasilkan kinerja mesin mesin yang kuat, ada dua hal yang diperlukan dalam hal pendinginan. Yang pertama, pendinginan untuk mengantisispasi panas mesin, dan pendinginan untuk mengatisipasi temperatur udara. No credit No caption Di Qatar yang bermain malam hari, memerlukan bahan bakar lebih banyak. Logikanya simpel, sama seperti kenapa kita memerlukan choke untuk menghidupkan motor di pagi hari. Makin dingin temperature udara di luar, makin butuh campuran bahan bakar dan udara lebih kenapa Ibnu selalu membawa alat yang berjuluk thermo hydro. Alat ini untuk mengatahui suhu, kelembaban udara dan juga arah dan kecepatan angin. Setelah sampai di negara tempat balapan berlangsung. Tidak lupa membuka website ramalan cuaca untuk mengetahui cuaca setempat. Setelah itu baru deh dicocokkan dengan alat canggih sini, akan terlihat patokan setingan. Apalagi Qatar baru pertama dipakai balapan bebek, sehingga tidak ada data rujukan. Dari data cuaca itu baru akhirnya diketahui, ”Bahwa kelebaban dan temperaturya mirip dengan balap di Cina. Makanya, seting jetting yang dipakai tidak jauh dengan Cina,” tambah pria yang tidak banyak omong dan arah angin, diperlukan dalam seting gir. Apakah angin searah trek lurus Qatar yang berjarak meter ataukah berlawanan. Bila searah, maka bisa menggunakan perbandingan gir lebih berat. Tapi, bila berlawanan, menggunakan gir lebih pengukuran, diketahui arah angin berkecepatan 15 km/jam dan berlawan dengan trek lurus. Ibnu pun menggunakan perbandingan gir 15/ dua hal ini saja yang diutakatik. Selebihnya sama saja dengan seri sebelumnya."Karena keterbatasan waktu dan masih buta dengan kondisi sirkuit, makanya tidak ada perubahan besar di dalam engine. Dan bila terlalu bereksperimen, takutnya malah jadi berbahaya," khawatir selisih poin antara Hadi Wijaya dan Denny Triyugokurang hanya 5 poin. Kesempatan Hadi Wijaya merebut juara, ya hanya di seri final ini. Makanya, durasi kem tetap dipatok 274 derajat pada lift 1 mm. Sementara klep masih mengandalakan ukuran 27,2 dan 23,2 ilmu fisika, Hadi pun sukses menjadi juara Asia. MODIFIKASI CDI RextorKarburator Mikuni 24Klep 27,2 dan 23,2Spuyer 240/35Gir 15/37 Terbentuknyatim Manual-tech Beet Kawasaki, tidak hanya ditandai dengan stiker yang menempel pada fairing Ninja ZX-6R Fadli dan Fujiwara. Namun kedatangan Ibnu Sambodo dan rekannya Novel Faisal Berawal dari kikir dan gerinda, sampai ke level asia. Berawal dari kikir dan gerinda, sampai ke level asia. – Jogja. Boleh dibilang ia Founding Fathernya mekanik underbone 4-Tak untuk road race di Indonesia. Motor bebek yang kiranya untuk ibu-ibu ke pasar dibuat untuk bapak-bapak ke arena adu kebut. Sejenak OZ mampir ke bengkel Kawasaki Manual Tech di kawasan Jl. Kaliurang Ngaglik, Sleman. Ibnu Sambodo yang akrab di panggil Pak Dhe menuturkan lika-liku awal membangun mesin kencang 4-Tak. Tidak seperti mekanik umumnya yang meniru modifikasi dari pendahulu. Pak Dhe memulai dari nol. Maka dari itu Pak Dhe Ibnu sering disebut engine builder-nya bebek 4-Tak. Dimulai waktu kuliah di Universitas Gajah Mada jurusan elektronok tahun 1996 bersamaan awal ramainya produksi bebek 4tak. Berbekal kikir dan gerinda ia mengawali dengan memapas noken as atau kem. Pemikirannya waktu itu bagaimana caranya supaya klep masuk dan buang bisa membuka lebih lama agar bahan bakar yang masuk lebih banyak. “ Kikir sama gerinda bulat yang diputar pake tangan itu lho mas ” bukanya. Bisa dibayangkan ya, kem di kikir lalu di gerinda manual. Dengan gerinda listrik jaman sekarang saja belum tentu pas, apalagi manual? Tangan satunya memegang kem, tangan satunya memutar engkol gerinda. Wah ribetnya.. Itulah mengapa pak dhe Ibnu Sambodo menamakan Manual Tech. Teknologi manual yang nekat, mengandalkan kikir dan gerinda. Sekarang menangani mesin Supersport 600cc. Dari mana Pak dhe ini belajar?.. “ Saya ini sama sekali tidak pernah berguru kepada siapapun. Belajar sendiri, ” ungkap Pak Dhe yang tetep awet muda ini. Mungkin motor buat kuliah waktu itu yang jadi eksperimen. “Wah, motor saja nggak punya. Punya teman di kos-kosan yang buat percobaan,” cerita alumni SMA Negeri 3 Solo ini sambil tertawa. Jarang-jarang lho pak Dhe tertawa. Akhirnya tahun 2000 Manual Tech mulai diperhitungkan. Bersama Dimas “Kroechil” Sugiyarto berhasil menjadi juara nasional 4-Tak. ” Bengkel saya dulu masih di daerah Tamanan, Banguntapan, Bantul. Baru tahun 2005 pindah jalan Kaliurang,” ucapnya. Suzuki pun akhirnya mengontrak team yang di dirikan pakde ini menjadi Suzuki Manual Tech. Beberapa pembalap top pernah mengisi daftar pembalap Pak Dhe Ibnu. Sigit Avianto, Hendriansyah, Irwan Ardiansyah, Bima Aditya, Dedi Permadi, Ardy Satya dll. Motor pertama Ibnu Sambodo juara nasional tahun 2000 saat di tunggangi Dimas Kroechil. Awal 2009 secara mengejutkan Pak Dhe pindah haluan dari Suzuki ke Kawasaki. Di tahun ini pula ia memulai lagi dari nol. Merancang mesin underbone Kawasaki yang jarang sekali ada mekanik yang memakainya di road race Indonesia. Sanggup tiga besar di seri pertama Indoprix. Lalu setahun kemudian Kawasaki Manual Tech juara asia untuk pertama kalinya di Asia Road Racing tahun 2010. Sampai sekarang team Manual Tech selalu mengisi posisi tiga besar di kejuaraan tersebut. Keseriusan Pak Dhe bersama Manual Tech berbuntut kepercayaan Kawasaki Indonesia untuk turun di kelas yang lebih tinggi yaitu Supersport 600cc. Tantangan baru memecah kebosanan di balap nasional dan ajang Asia Road Racing. Dengan di bantu Kawasaki Jepang, lewat pembalap Katsuaki Fujiwara berhasil merebut juara asia kelas supersport 2011. Disela kesibukannya sekarang, Pak Dhe Ibnu juga membuka bengkel resmi Kawasaki dan kursus mekanik disana. “Untuk kursus mekanik saya di bantu assisten. Disini saya dibantu pak Danu,” tutur Pak Dhe. “Tidak saya batasi sampai kapan kursusnya. Pokoknya sampai merasa dia mampu membuat motor kencang,” kata Pak Dhe. Bersama Gupito Kresna pimpin klasemen sementara Asia Road Racing 2014. Bersama beberapa assistennya di Manual Tech, ia masih merancang motor Kawasaki Edge yang kembali bertaji di Indoprix dan Asia Road Racing. Itulah Ibnu Sambodo. Orang yang pertama kali meriset bebek 4tak Indonesia dibuat kencang untuk untuk road race. Penulis Hafid Foto Hafid Pukul 11.35 WIB sudah bisa dievakuasi," ujar Sambodo. Ditlantas Polda Metro Jaya bersama pemangku kepentingan telah menyiagakan unit derek dan mekanik pada beberapa titik di jalan tol untuk mengantisipasi kendaraan pemudik yang mogok atau mengalami gangguan teknis selama arus mudik dan arus balik Lebaran 1443 Hijriah. Jakarta - Sang Begawan underbone 4-tak, Ibnu Sambodo kini mulai bermain di arena supersport. Bersama tim Kawasaki, Ibnu akan turun di kejurnas dan Asian Grand Prix Supersport. Dan, mekanik kawakan itu langsung dapat pelajaran penting dari para mekanik Jepang yang jadi pertamanya, “Kalau melihat cara kerja mereka, jangan harap mekanik Indonesia yang sekarang ini bisa menyamai!” seru Ibnu. Lalu pria yang karib disapa Pak De itu, memaparkan betapa etos kerja para mekanik Jepang amat beda dengan mekanik Nusantara. “Mereka kerja start jam 8 pagi, baru berhenti jam 1 siang. Selama itu, benar-benar kerja, berdiri, mondar-mandir. Tidak ada istilah merokok atau ngopi sejenak,” bilang Ibnu bener dengan mekanik kita yang sering kali memegang rokok selama bekerja. Lalu, suka berhenti sejenak buat ngopi atau ngoceh ngalor-ngidul. Istirahat pun, mekanik Jepang hanya butuh waktu 30 menit. Lalu, mereka bekerja lagi hingga jam 8 malam. Semua itu dilihat Ibnu selama latihan di Sepang beberapa waktu pelajaran penting tuh! zufw.
  • urt53nqakr.pages.dev/419
  • urt53nqakr.pages.dev/585
  • urt53nqakr.pages.dev/952
  • urt53nqakr.pages.dev/25
  • urt53nqakr.pages.dev/956
  • urt53nqakr.pages.dev/53
  • urt53nqakr.pages.dev/945
  • urt53nqakr.pages.dev/826
  • urt53nqakr.pages.dev/766
  • urt53nqakr.pages.dev/397
  • urt53nqakr.pages.dev/231
  • urt53nqakr.pages.dev/100
  • urt53nqakr.pages.dev/438
  • urt53nqakr.pages.dev/172
  • urt53nqakr.pages.dev/654
  • ibnu sambodo dan mekanik jepang